KEGHAIBAN PUISI MENGHANTARKANKU
keghaiban puisi menghantarkanku ke dalam mimpi-mimpi di mana golok-golok teracung terhunus menyilang di depan dada mengancam dengan seribu curiga o inikah negeri dimana kekerasan telah menjadi kebiasaan dan hukum takluk pada keberingasan hingga kewarasan disulap menjadi keedanan
keghaiban puisi menghantarkanku ke dalam mimpi-mimpi di mana api menjela-jela dari tubuh di jalanan yang dihajar beramai-ramai dengan pukulan tendangan hantaman dan siraman bensin kemudian api yang menghanguskan o inikah negeri dimana kekerasan telah menjadi kebiasaan dan hukum takluk pada keberingasan
keghaiban puisi menghantarkanku ke dalam mimpi-mimpi….
ah, jangan lagi! jangan lagi, igauku
(aku terbangun dari mimpi dengan keringat mengucur dari tubuhku)
Depok, 10 Maret 2003
MEMBACA RIWAYAT DIRI
: gola gong dan toto st radik
di mana kan kutemukan riwayat diri seperti engkau yang mencari di segala negeri hingga negeri yang terjauh tapi diri ternyata di rumah sendiri di negeri sendiri walau pedih perih mengalir tak terbendung lagi karena kengerian pun memasuki mimpi-mimpi
di mana kan kutemukan riwayat diri seperti engkau yang membaca jejak para leluhur di pematang sawah dan irigasi yang mengairi kemarau juga alir airmata yang mencatat tirtayasa dan sultan haji
di mana kan kutemukan riwayat diri seperti engkau yang meniti jejak sepanjang jalan dari titik nol jalan deandels serta menaiki menara mercusuar yang membaca letusan krakatau dan pantai-pantai yang dikarciskan
di mana kan kutemukan riwayat diri seperti engkau yang membaca jejak leluhur yang dibunuh atau diasingkan setelah pemberontakan para petani
di mana kan kutemukan riwayat diri seperti engkau yang membaca runduk padi dan lelambai bebegig ke arah jalan tol yang membelah sawah suburmu dan pabrik yang mengirim limbah ke sungai dan laut bikin gatal tubuhmu
di mana kan kutemukan riwayat di mana diri terasing dari jejak leluhur yang memeta negeri yang dibangun dengan bata dan kawis negeri yang loh jinawi tata tentrem kerta raharja sepi ing pamrih rame ing gawe
di mana kan kutemukan riwayat diri aku tersesat dengan tanyaku sendiri
Depok, 11 Maret 2003
JAKARTA
ia lelaki dari surosowan memenuhi mimpiku, katanya:
ketika fatahillah berhasil mengusir portugis dari sunda kelapa
ia adalah impian akan kejayaan
berilah nama jayakarta
ketika voc datang dan menghinakan sultan banten dengan selembar kulit yang direntang sejauh tembok pertahanan
maka ia adalah awal batavia
tapi sultan, mengapa tak sampai berita itu, mungkin karena kerawang terbakar atau perahu karam, atau mungkin yang lain
hingga si bule hidung mancung rambut pirang tak pernah terusir?
dari batavia, mataram dihancurkan: gowa, aceh, minangkabau, ternate, tidore, borneo, ....
tapi itu dulu, sultan, kini tak ada lagi batavia, ada juga betawi mandra dan si doel maen lenong di televisi...
ya, ya... tapi dari jakarta daftar nyawa dituliskan di tembok siapa!!!!!!
keghaiban puisi menghantarkanku ke dalam mimpi-mimpi di mana golok-golok teracung terhunus menyilang di depan dada mengancam dengan seribu curiga o inikah negeri dimana kekerasan telah menjadi kebiasaan dan hukum takluk pada keberingasan hingga kewarasan disulap menjadi keedanan
keghaiban puisi menghantarkanku ke dalam mimpi-mimpi di mana api menjela-jela dari tubuh di jalanan yang dihajar beramai-ramai dengan pukulan tendangan hantaman dan siraman bensin kemudian api yang menghanguskan o inikah negeri dimana kekerasan telah menjadi kebiasaan dan hukum takluk pada keberingasan
keghaiban puisi menghantarkanku ke dalam mimpi-mimpi….
ah, jangan lagi! jangan lagi, igauku
(aku terbangun dari mimpi dengan keringat mengucur dari tubuhku)
Depok, 10 Maret 2003
MEMBACA RIWAYAT DIRI
: gola gong dan toto st radik
di mana kan kutemukan riwayat diri seperti engkau yang mencari di segala negeri hingga negeri yang terjauh tapi diri ternyata di rumah sendiri di negeri sendiri walau pedih perih mengalir tak terbendung lagi karena kengerian pun memasuki mimpi-mimpi
di mana kan kutemukan riwayat diri seperti engkau yang membaca jejak para leluhur di pematang sawah dan irigasi yang mengairi kemarau juga alir airmata yang mencatat tirtayasa dan sultan haji
di mana kan kutemukan riwayat diri seperti engkau yang meniti jejak sepanjang jalan dari titik nol jalan deandels serta menaiki menara mercusuar yang membaca letusan krakatau dan pantai-pantai yang dikarciskan
di mana kan kutemukan riwayat diri seperti engkau yang membaca jejak leluhur yang dibunuh atau diasingkan setelah pemberontakan para petani
di mana kan kutemukan riwayat diri seperti engkau yang membaca runduk padi dan lelambai bebegig ke arah jalan tol yang membelah sawah suburmu dan pabrik yang mengirim limbah ke sungai dan laut bikin gatal tubuhmu
di mana kan kutemukan riwayat di mana diri terasing dari jejak leluhur yang memeta negeri yang dibangun dengan bata dan kawis negeri yang loh jinawi tata tentrem kerta raharja sepi ing pamrih rame ing gawe
di mana kan kutemukan riwayat diri aku tersesat dengan tanyaku sendiri
Depok, 11 Maret 2003
JAKARTA
ia lelaki dari surosowan memenuhi mimpiku, katanya:
ketika fatahillah berhasil mengusir portugis dari sunda kelapa
ia adalah impian akan kejayaan
berilah nama jayakarta
ketika voc datang dan menghinakan sultan banten dengan selembar kulit yang direntang sejauh tembok pertahanan
maka ia adalah awal batavia
tapi sultan, mengapa tak sampai berita itu, mungkin karena kerawang terbakar atau perahu karam, atau mungkin yang lain
hingga si bule hidung mancung rambut pirang tak pernah terusir?
dari batavia, mataram dihancurkan: gowa, aceh, minangkabau, ternate, tidore, borneo, ....
tapi itu dulu, sultan, kini tak ada lagi batavia, ada juga betawi mandra dan si doel maen lenong di televisi...
ya, ya... tapi dari jakarta daftar nyawa dituliskan di tembok siapa!!!!!!
Comments
Post a Comment