Skip to main content

Posts

Showing posts from December 26, 2010

Agar Kau Catat

buat: wilu ningrat aku tulis sajak ini, saat hujan menyapa tak henti, karena tanda baca datang dan pergi. mungkin puisi harus dipahat di dinding dinding kenang. agar kau catat. kau ingat. pernah ada sahabat memahat dindingmu. dengan puisi. demikian khidmat. Malang, 2010

Malang Pasar Malam

ada yang menari. kanak kanakku. di keriuhan pasar malam. sepanjang jalan. kloneng delman. nyala oncor. wayang kulit. gelembung sabun. balon warna warni. kembali kita kembali. ke dalam kenang. Malang, 2010-05-21

di Degup Jantung

Buat: Loektamadji Arif Poerwaka di degup jantung mengalirlah puisi sebagai darah sebagai cinta yang menyeru nama: wahai sang maha pengasih dan penyayang. dan engkau berserah dengan penuh syukur, alhamdulillah…. Malang, 2010

Kota yang Mengasingkan

buat: Deni Mizhar ah, mengapa kota-kota selalu mengasingkan kanak. dari kenang padi-padi. dari kenang layang-layang. dari kenang bening kali. dari segala kenang. o, kanak mari memahat dinding-dinding kota. catatkan namamu. di bawah sajak tentang mimpimu tadi. kenangmu tadi. agar kuingat kau, o kanak yang terasing. kota yang hilang. dari kenang. dari bayang. Malang, 2010

Assalamu Alaikum

Buat: Ramli Abdul Rahim assalamu alaikum. doa yang diucapkan. keselamatan bagimu. warrahmatullahi. serta rahmat allah. wabarrokatuhu. dan barokah untukmu. karena dari rahim maka kita bersilaturahim. mengikat diri. pada kasih sayang. cinta tuhan. yang maha Malang, 2010

MUNGKIN KAU KIRA

mungkin kau kira akan selamanya. tak. tahta nan fana. tahta tak baka. hanya sekejap mata. meski kau jaga dengan paksa. meski kau bentengi dengan tipu daya. sungguh. mungkin kau lupa. apa yang kau punya hanya sementara. hanya makna yang kami ingat sepanjang masa, dari hidupmu yang tak baka

AYO

ayo, kata-kata menarilah sekira kau bisa sekian lama kata sembunyi dalam goa dieram sunyi duka menarilah kata menarilah ini saatnya kau berkata

Tentang Senja

senja. matahari jingga. dan aku menyerupai bayang-bayang. di batas cakrawala. ada sepi menanti. di batas mimpi. ada sunyi menanti. di batas nyeri. siapa menanti. Kau-kah. tak henti menanti. dengan rindu seluas sunyi. (6:34pm May 24th, 2010) puisi adalah sepi itu sendiri (5:12pm May 26th, 2010) selamat senja. selamat senja. biarkan matahari kembali ke peraduan. biarkan malam merapat ke kegelapan. selamat senja. semburat jingga di langit jiwa! (5:24pm May 11th, 2010)

Di Puncak Malam

pangeran, aku harus pergi. malam akan sampai puncaknya. cinderella berteriak dalam hati, karena masih ingin merengkuh jemari yang kukuh. malam yang menua. malam yang akan menyirnakan segala mimpi. pada dentang ppenghabisan, dia kan temukan nasibnya.

Selamat Pagi!

selamat pagi! matahari sepenggalah tingginya. menghangatkan jiwamu jiwaku. penuh seluruh. sehangat cinta. seceria bahagia selamat pagi, katamu kepada matahari. dirimu sendiri. yang mencahaya demikian lembut. menyingkap kabut. mencium embun di daundaun.

ada yang debar mungkin dari kabar

ada yang debar. mungkin dari kabar: serbuk karbit, logam berkarat, secarik ancaman yang sakit. mungkin wajahmu yang nyeri. atau dadaku yang ngeri. meraba kelam semakin geram. di kepala yang sakit. di hati yang pahit. kau simpan apa? mungkin dendamlah yang kau peram. karena cinta tak pernah kau paham. dan segala demikian waham. seteguk demi seteguk kopi pahit. bayang menyilang dari darah bersimbah. wajah yang lelah. menatapmu. hidup demikian pahit. surga teramat jauh. melintasi padat jalan raya. sepeda demikian rapuh. dan cinta? cinta demikian asing. tak henti merahasia.

Langit Kenang

di langit malam siapa yang kau lihat? aku atau bayang kenangmu. serupa ciuman yang menghantu bibirmu. kau ingin pupus hapus kenang itu? yang membuatmu gila sasar rindu dendam. peluklah aku, seperti ingin kau peluk langit itu.

Segala tentang Mungkin, Sesuatu tentang Cinta

mungkin racauku racau mimpi siang bolong. tapi kata telah mengutukku. menitipkan benihnya di kepala. dan kukabarkan padamu: kata! aku tulis sajak cinta karena usia tak ingin sia-sia. dan cinta harus dikabarkan. dari cinta ke cinta. dari rasa ke rasa. dari aku kepadamu. mungkin ingin kau hitung, berapa benih kau tanam. dan pahala hamil tua. tapi apakah cinta membutuhkan itu semua? mungkin engkau akan bisikkan segala yang rahasia. atau kau teriakkan segala yang menjadi sesal. tapi biarkan aku menerjuni arusmu mungkin kau ingin menulis. pada buku. tentang halaman-halaman yang hilang. catatan yang raib. dalam kepul asap. dan peniadaan. mungkin waktu. yang akan mengabarkan. pada angka-angka yang bertanggalan. dari kalender. kau akan tetap mengingat. atau lupakan.

Di Kotamu

di kotamu segala menjadi mungkin. mungkin engkau akan lupa. tapi tidak untukku. kau, kota dan senja tertera di dalam mata. di kotamu, senja membawa gema adzan. tataplah langit, biarpun sebentar. agar kau tahu ada doa mengepak di sisa cahaya. di kota ini masih tersisa jejakmu, pada tembok dan patung di sudut itu. seperti engkau tetap menunggu. di kotamu hujan mencipta sungai sungai puisi. mobil dan motor menjelma ikan. berenang di arusnya. mungkinkah itu airmatamu? di kotamu kekasih, kenangan menjelma gelembung gelembung yang ditiup kanak. mencipta alun alun yang sama. senja itu.

Biarlah Aku Hangat Matahari

Cintamu mungkin membeku dalam kulkas kenangan. Tapi cintaku akan melumerkannya. Kenang gigilkanmu dalam rindu. Matahari dalam diriku menyapamu. Agar hangat. Agar kau ingat. Ada aku di dekatmu. Kau cintai aku seperti kau cintai dirimu. Kucintai engkau seperti kucintai diriku sendiri. Begitulah, cermin berkata.

karena hujan yang puisi

kaulah kabut selepas hujan. gigilkan kenangku. padamu. di dalam puisi hujan menyihirku menjadi penyair. seperti ini kali. rambut hijau. rumput hijau. bertumbuhan di dalam benakku. karena hujan yang puisi. serupa rindu yang tak mau menunggu. cintamu

Memandang Senja yang Hujan

ku duduk di sini. memandang senja yang hujan. tak ada engkau. hanya angin dan sisa cahaya menyelinap dalam temaram. kau dimana? sebagai pena, ingin kutulis sajak dalam baris-baris yang ganjil, sesuatu yang mungkin teramat asing, dan kau menyebutnya: puisi kau kenang juga daun yang gugur di senja puisi, sebagai cinta yang mencium keningmu biarkan aku menyelinap, dalam kenangmu yang biru. agar kau tahu, ada aku yang merindukanmu. selalu. kenang yang biru. langit yang biru. mimpi yang biru. dan juga rindu yang biru. kau pulas di kanvas hidupku. kanvas yang kau hias dengan segenap rindu, telah kupajang di galeri. kupandang selalu. penuh cinta

AKU TAFSIRKAN FIRASAT

dari ayat puisi yang tersendat karena engkau penyair sekarat selesaikan kalimat sajak yang letih mendongakkan kepalanya ke langit. bulan sabit, langit hitam, bintang berkedip. seperti galau di dadanya demi cinta yang tak kau pahami, tapi kau rasa, dalam gelincir airmata

BURUNG-BURUNG BERNYANYI DI PAGI HARI

setiap pagi burung burung mampir di halaman rumahku. bernyanyi bersama pagi. bersama matahari apa kabar kataku, pada nyanyiannya yang riang. mereka mematuk remah-remah dan berdendang. di coklat tanah. di halaman rumah aku ingat arcana menyimpan nyanyi burung. dalam ingatannya yang puisi. burung burung membuat sarang, bertelur dan mengeram. kanak-kanak burung mencericit. burung burung mencari makan sambil bernyanyi setiap pagi. menyambut matahari