Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2003

Sajak-sajak Untuk Hasan Aspahani

Mungkin Ada :h.a Mungkin ada yang mengendap. Di suatu malam. Saat rimis tiba. Menjengukmu. Saat engkau tertidur. Dan kata-kata itu tersusun. Dalam mimpimu. Tentang ia menjejakkan kakinya. Di tanah basah. Di halaman rumah. Mungkin ada yang menjengukmu. Di dalam mimpi. Saat engkau coba menyusun kata-kata. Seperti malam itu. Engkau demikian merasa ada yang melintas di tengah rimis. Mungkin ada yang menulis. Menyusun mimpi-mimpi. Di suatu malam. Setelah menjenguk ke dalam tidurmu. Mungkin engkau pun menulis suatu ketika. Tentang jejak di tanah basah. Tentang Aku yang menjengukmu. Di dalam puisi itu. Malang, Nopember 2003 Sebagai Kau Setiai Puisi :h.a Sebagai kau setiai kata-kata. Demikian penuh cinta. Kau coba menelusur kedalaman makna rahasia. Kegaiban puisi. Hantarkan bayang-bayang. Dari mimpimu. Pada saat entah. Mungkin rasa nyeri yang hendak kau bisikkan. Di setiap telinga. Atau berucap kepada dirimu sendiri. Demikian lirih. Demikian liris. Demikian samar. Serupa kabut tipis. Antara ...

Sajak-sajak Kesedihan

HANYA ENGKAU. HANYA Telah diserahterimakan. Seluruh nasib. Ke dalam genggaman. Biarlah segala menghambur. Menujumu. Sebagai serpih. Debu yang memburu. Menyeru ngilu. Demikian diri terlunta. Pada tatapmu. Tak berdaya diri. Tak Hanya engkau. Hanya. Menggelisahkan aku. Dengan sepenuh rahasia kehendak Dan aku? Terhisap ke dalam tubir. Gelegak. Lumpur api. Marahmu. Tak berdaya diri. Tak. Terlontar aku. Terjerembab. Dalam takut gundahku. Menatap wajahmu. Malang, Nopember 2003 MASIHKAH TERSIMPAN AIRMATA Masihkah tersisa airmata. Bagi kesedihanmu lain kali. Ataukah telah habis. Tinggal pias wajah dan niat bunuh diri. Yang telah coba kau lupakan. Yang telah coba kau singkirkan. Telah ditelusur peta demi peta. Perjalanan menemu cinta. Berbekal airmata. Berbekal keluh kesah. Tak pernah kau temui juga. Dimana cinta. Dimana. Masihkah tersisa airmata. Bagi kebahagiaanmu lain kali. Ataukah telah habis. Tinggal diri merutuki nasib sendiri. Sebagai habis harap. Dihisap rebak dada. Telah dilewati det...

(MUNGKIN) INILAH PUISI

(MUNGKIN) INILAH PUISI Sebagai puisi Kata tak sanggup merangkumnya Malang, Nopember 2003 SURREALISME AIDAN Bubur kata-kata. Gelegak. Bergumpal darah digugurkan dari rahim. Waktu berkelonengan. Jam leleh. Salvador. Di mana ditemukan perempuan yang mencinta. Engahmu. Tapi para ibu berlari ke utara. Kau lecutkan api. Menggeletar jerit. Mimpi senggama. Aspal jalanan. Nyawa yang dihembus ke langit. Lihat aku bertanduk. Serumu. Sebagai kepahitan yang tersengal. Telur-telur meretak. Lendir. Seperti bau apak. Sperma yang membasi. Kebisuan. Tapi mungkin juga pekikan. Seperti bayang kematian. Bacakan kembali manifesto. Bacakan kembali. Rengekmu. Kegelapan membelit. Akar-akar sejarah. Juntaian peristiwa. Membentur kaca. Serpihan tajam memburu matahari. Ambyar. Byar. Angslup. Terhisap dalam gelegak bubur kata-kata. Sirna. Cuma. Sia. Malang, Nopember 2003 FRAGMEN POLLOCK Jemari menari di udara. Warna-warna menghambur. Muncrat. Meleleh. Abstraksi. Guratan kegelisahan. Lukisan tercipta dari kedala...

UPACARA EROS

:randu & rano dan engkau menangis. karena cinta, katamu. mungkin eros, tepatnya. sebagai ledakan yang tak henti mengguncang dada. membuka segala rahasia semesta. dalam tarian: tawa dan luka. dan engkau menangis. menelusur baris-baris yang dikekalkan. mungkin dongeng dari masa lalu, lelaki yang ingin mengabadikan riwayat gelombang lautan. dan engkau menangis. dan kalian menangis. di detik yang senyap.

TAKWIL SAZANO

lalu kau kau berjalan mungkin berlari mungkin mengendap sambil menebar ribuan tanda mungkin serupa mimpi sebagai kebenaran pada terjemah yusuf dan ibrahim karena suatu ketika kau biarkan dirimu serupa kendi yang haus hendak akan air karena pengetahuan bemula dari mimpi mimpi yang dijelmakan mungkin dari dongeng sebelum tidur serupa bayang yang menghablur antara mitos dan nyata mungkin serupa setengah kekosongan mungkin serupa setengah keberadaan dan engkau merasakan diri adalah perempuan yang ingin meneguk embun dari bulan emas matahari intan permata dan belas kasih manusia tapi kau ingin menjadi pecinta berjalan mencari tuhannya dalam tubuh lelaki melintasi kata huruf yang berjejalan sebagai baris-baris yang dikekalkan pada sel-sel di lubuk jauh kesadaranmu yang utuh di palung terdalam rahasia waktu yang meleleh dan berhenti di titik diam. dirimu

KEKASIH YANG KURINDU

kekasih bagaimana harus kuungkapkan geletar rindu ini menemu cintamu seluruh sedang resah ini menggigilkanku karena sepertinya engkau menatapku demikian beku ke dalam lubuk dadaku o adakah yang lebih selain cintaku padamu kekasih engkau demikian pencemburu, memburuku dengan tatap matamu ke segala penjuru karena masih lalai diri o mula akhir cinta jangan kau pergi dari hidupku biar kunyalakan sepanjang waktu hingga di laut cahayamu cinta melarut bersatu: SATU. o engkau segala tuju inilah daku! inilah resahku! inilah gelisahku! sebagai tangis menyerumu penuh rindu menanti dekapmu merengkuh redakan tangis perih lukaku malang, nopember 2003

SAJAK YANG KESEPIAN

:ts pinang sebagai sajak yang kesepian ditinggalkan pergi puisi aku tinggalkan segala kenangan hingga kenangan menjadi sajak yang kesepian bukankah puisi adalah mula sepi mungkin juga nyeri yang kita cari ujarmu dengan sebilah kata yang ditusukan ke dalam jantung sunyi dan resah yang tak henti walau telah didayungkan membelah arus laut gelombang hingga dermaga hingga pelabuhan di mana cinta memanggilmu dimana kekasih menyambutmu tapi kau ingat lelaki tua itu yang ringkih dan penyakitan terus mengejek maut dan menolak daratan karena gelombang lebih memberi gairah kehidupan walau yang ada hanya sajak yang kesepian