Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2010

Sajak Di Akhir Tahun

di akhir tahun ini, apa yang coba kau ingat, apa yang coba kau lupakan? angka angka telah berguguran, dari kalender, hari yang kau lewati, hari yang kau khidmati, dengan langkah tak henti mungkin ingin kau lupakan kekalahan demi kekalahan, kesedihan demi kesedihan, peristiwa yang menyakitkan mungkin kau abadikan segala yang membuatmu bahagia. sebagai kenang. sebagai bayang. huruf huruf yang gemetar di jemarimu, menanda hari berganti, jam berganti, detik berganti apa yang telah kau lakukan, apa yang telah kau rencanakan, apa yang telah kau katakan, apa yang telah kau inginkan 30 Desember 2010

Adalah Jiwamu yang Haru

: erland suara yang bening yang hening adalah jiwamu yang haru, menitikkan airmata bagi derita, menitikkan airmata bagi bagia puisi tercipta dari udara yang bening, terkadang bising, kau menjadi gema bagi suara suara, suara suara yang tak pernah didengar anak anak yang memanggul cobek di bawah hujan, membuat haru dirimu, seperti puisi yang kau cium dari keringat derita, o kanak siapa?

kubisikkan di telingamu kata-kata

kubisikkan di telingamu kata-kata, serta nama-nama, namaku namamu nama anak-anak kita, sebagai ingatan, bahwa kita berbahagia lihatlah bibirku mengeja, agar kau tahu sejarah sedang kubaca, dari matamu yang menyimpan peristiwa, diriku yang mencinta cintaku, dengarlah degup jantungku, kau akan temukan ombak, memburu pantai, menyeru-nyeru

aku menggigil di buku sejarah

aku menggigil di buku sejarah, merasa sepi di antara letusan peluru dan simbah darah, ah kuasa, ah kekuasaan, siapa yang menatah? mungkin ingin kau hapus huruf, buku-buku sejarah yang tak ingin kau baca, karena pengkhianatan meluka sepanjang masa

Puisi Yang Menjadi Genit, Menggoda Kami

puisi menjadi genit. bersolek dengan kata kata. yang dipungut dari gegas tak berkesudahan. sepanjang detik sepanjang waktu. menggoda kami. aku berdiam dalam simpangsiur. kata kata yang membius. hiruk pikuk. dan aku mulai bergumam. membangun bahasaku sendiri. kami. kita. adalah dia atau mereka. yang dituding. dengan seribu murka. dengan sejuta kutuk. badai tak terhingga. dimana aku? katamu selalu bahasa menjadi gelanggang. adu kekuasaan. berputar putar. makian dan pujian. basa basi. jenguklah dirimu. jenguklah. mungkin aku. dirimu. lalu engkau ciptakan kata dari gula gula. dibungkus manis. sebagai janji. sebagai mimpi. tapi saat kami nikmati terasa getir di bibir. pahit

Engkau adalah Aku. Aku adalah Engkau

akupun diam. sediam engkau. karena bahasa kita sama. engkau adalah aku. aku adalah engkau. mencintai aku. mencintai engkau. dengan sederhana. seperti lintasan waktu yang putih. kosong. tak bergerak. aku adalah diam. yang tak henti mencintaimu. dalam diam. dengan diam. puncak sajak ah, aku tetap mau menjadi diriku, yang mencintaimu dengan sederhana dan tanpa banyak bicara. sebagaimana kau kau raba dadaku, kau temukan luka, keasingan yang membisu mengetuk ngetuk pintu jendela. angin yang asing. rasa yang asing karena bahasa penyair bahasa yang tak kau sukai, berputar dari asing ke asing yang lain. tapi lihatlahlah mataku, apakah kau tetap terasing? aku tetap ingin menjadi diriku yang mencintaimu dengan sederhana dan tak banyak bicara

LARIK LARIK YANG MUNGKIN INGIN KAU ABADIKAN

mengapa jarak selalu membuat risau? sedangkan detak selalu kau dengar dari jantung rinduku aku ingin menulis puisi demikian riang pagi ini. puisi yang bening, sebening kaca yang diterpa cahaya matahari. seriang nyanyi prenjak menyambut matahari. hati riang di hari yang terang dan tenang! adalah hidup yang kita hargai dengan katakata bermakna. seperti diterjemah dari airmata. duka atau bahagia. semata. MilikNya. sebagai embun. berpendar cahaya matahari. lalu meniada. aku menyapamu. namun engkau diam saja. walau kutahu. kau simpan rindu. selalu. di hatimu.hingga sampai cintamu. di puncak segala puncak pemahaman. diam

YANG MENUNGGU YANG MERINDU YANG BAYANG YANG KENANG YANG DIRI YANG SENDIRI

YANG MENUNGGU YANG MERINDU menunggu. menunggu. menunggu. menunggu. keberangkatan. jam berapa sekarang? 3 jam lagi? matahari senja. Cahayanya menerobos kaca jendela. Demikian sayup. Seperti ketuk jejemarimu yang gemetar menanggung rindu TENTANG KERINGAT yang menetes adalah keringat yang menyungai adalah keringat yang melaut adalah keringat dan airmata cintaku kau ingat keringat demikian deras, dan membayar upahnya sebelum kering keringatnya. Kau ingat? jika peluh menjadi keluh yang lepuh, maka kuingat keringat yang upahnya terlewat bisa berakibat gawat TENTANG PELUH tubuh. peluh yang luluh. peluh yang luruh. tubuh yang ingin kau rengkuh adakah peluh pada lenguh, malam yang gaduh? sebagai gemuruh ranjang seakan meruntuh DIRI YANG MEMBACA DIRI diri membaca Diri yang abadi dalam diri itikaf hari hari cinta memburu rindu dendam melulu dimana kekasih diri di dalam diri yang semesta di dalam lautan Cinta aku seekor ikan berenang kian kemari menari nari o Engkau yang tak pernah dapat diingkar

haiku atau haimu apa bedanya. hai hai. bulan terang di halaman. memandangmu semalaman

yang membayang pada malam adalah engkau di bawah cahaya bulan bundar warna oranye seribu bulan benderang cahayanya di dadamu. seperti kutemukan dari kedalaman mata yang mencahaya senyumnya di jauh malam matahari tetap bersinar, cahayanya memantul di purnama bulan kau rengkuh rembulan memungut sisa cahayanya seekor kodok melompat ke dalam mimpiku yang rembulan di balik awan, rembulan sembunyi. merindu matahari mencintai. seperti dulu lagi haiku haimu. hatiku hatimu. lebur huruf di dalam api: puisi rembulan yang sama. rembulan yang itu itu juga. mengapa tetap kau rindu. menjadi puisi abadi. sebutir rembulan. berbutir bintang. ditatahkan pada malam. tanda cintaku padamu surat cinta yang kukirimkan jatuh di halaman rumahmu. dipanaspanas dihujanhujan dianginangin. bertumbuhan bunga

YANG ALAY YANG LEBAY

1) kesenanganmu curhat. curhat kok dipelihara? (2) berulangulang dia mengucap hal yang sama hingga engkau menjadi bosan dan mulai menggelar spanduk dengan protes yg diulang juga ? (3) aku dengarkan saja keluhanmu yang sama dengan kemarin, lusa, yang lalu. serupa nasi basi. basi tahu. basi. dan kubuang ke tempat sampah (4) dari sisi mana akan kulihat dirimu bergulung pita bergulung suara bergulung senyummu yang itu itu juga. menyebalkan! (5) mungkin engkau memungut kata dari bahasa yang diduplikasi ribuan kali dan dengan segera menyeru: no comment. copy paste dari kata-kata selebriti yang alay dan lebay. (6) unyu unyu!

SAAT IMSAK KULIHAT JAM TERUS BERDETIK MENUJU SUBUH

tik tik tik berdetik waktu hingga menjelma menit jam hari minggu menjelma bulan dan tahun tahun hidupmu yang terus berdetik hingga titik ada yang berbisik di dalam puisi karena hidup demikian berisik. berbisiklah. hingga sunyi menyelimuti. kekal di dalam diri. kami ingin memandang hidup demikian seluruh. hingga kami tahu ada yang luruh ada yang utuh. karena tak semua teguh tak semua rapuh. aku temukan subuh yang teduh. semoga tak kujumpa esok yang mengaduh karena hidup yang gaduh makian yang menuduh dan nasib yang terjatuh

yang keluh yang peluh memantra teluh

yang keluh yang peluh memantra teluh. yang kelu yang pilu memeta angka: telu. seperti tari merentak rentak merancak rancak di hingga subuh menyuluh tubuh. duh mengapa deru yang seru menyaru saru? serumu! serumu! merupa lama merupa mala. menuba tuba membuta buta membatu batu. pada tubuh subuh kau tahu ada keluh atau peluh? mungkin peluk kelu butuh tubuh. agar subuh tubuh tak rubuh

pada malam aku berangkat menuju dinihari

pada malam aku berangkat menuju dinihari dengan sejumlah kata yang rindu mimpi seperti sihirhujan yang tak henti menjelma puisi puisi yang random mengikuti dirimu menggumpalkan bahasa dalam kepala seperti kaki kaki hujan yang gaib menyertai secangkir kopi. sepiring agar agar. dan aku belum terpicing juga. malam telah melarut. kopi telah melarut. kantuk segera melaut. lautan mimpi menyambut. sebagai cintamu yang lembut

Kesedihan yang Menyapa. Mu

telah kuserahkan segala. kepadaMu. aku berserah. aku pasrah. pada kehendakMu semata. jadi. maka jadilah. kehendakMu.? aku adalah air. dengan api yang sangat, aku mendidih. aku menari. kesedihan yang menari. aku adalah kesedihan. menyapa Engkau. dengan tarian. kesedihan yang menyapa. Mu

yang menunggu adakah dirimu

yang menunggu adakah dirimu. menunggu waktu untuk kembali ke surga yang kau tinggalkan. dahulu yang menari adakah dirimu. dengan cericit di atap atap. di sawah penuh bulir padi. disiram cahaya matahari pagi. yang tersenyum di waktu subuh adakah embunmu. menunggu matahari. atau hujan di pagi hari? yang mengembun di waktu subuh adakah airmatamu? menunggu matahari pamerkan kilau. dan menciumnya hingga tiada

di batas ruang aku tulis sesak kalimat

di batas ruang aku tulis sesak kalimat karena puisiku menjelma air yang terus mengucur mengalir hingga sesak kata sirna di isaknya, karena? hanya kata yang terpilih dimakamkan di sini, di tanah yang tak mungkin kau kenali, seperti jejak itu menggurat 140 huruf terakhir demikian gaduh. bicara sendiri. di ruang demikian pengap. kau memuja diri sendiri. dan aku mulai belajar sesuatu yang baru. sesuatu yang asing. dan ragu seperti adam yang menerka. dan memberi nama. sesuatu yang belum diajarkan. aku beri tanda pada jalan setapak ini. aku meracau sendiri. menggurat huruf. menanda adaku. melintasi waktu

Yang Berdetik Adalah Waktu

:mahmud fauzi thahir yang berdetik adalah waktu, yang menitik adalah airmata, di titik puncak penyerahan, dirimu. wahai jiwa yang merdeka, wahai jiwa yang mengetahui arah tuju, wahai engkau yang memakna waktu demi waktu dengan hikmah pengetahuan, akan diri sejati, memakna hidup yang asasi. karena engkau adalah jiwa yang merdeka. manusia yang merdeka!

Menjelang 11 Agustus

1. setiap detik yang disyukuri setiap langkah yang melimpah hikmah setiap bahagia yang dipinta dengan doa dan usaha titik usia hanya tanda berapa tapak menuju rumah cintaNYA 2. sayangku, cintaku lebur cintaku cintamu di dalam cintaNYA yang bertahta dalam jiwa 3. semoga engkau tetap bahagia menatap bening mata kanak-kanak kita 4. semoga kita dapat bersyukur senantiasa atas segala karunia Malang, 10 Agustus 2010

Sambutlah Aku dengan RinduMU

sambutlah aku dengan rinduMu. sambutlah. telah kuhitung sebelas purnama. telah kuhitung lukaluka. sambutlah aku dengan cintamu. agar kuhitung seribu bulanmu. menghapus luka. menghapus duka. yang kutikamkan berulang kali ke dada sendiri. sambutlah aku. wahai. Engkau yang kurindu.

Puisi Tentang Puisi

macet lagi. macet lagi. gara gara puisi. menari nari. di jalan jalan. di gang gang. puisi puisi menari nari. hingga esok hari. (7:03pm puisi puisi sedang berpesta di jalan jalan memacetkan lalulintas. duh puisi mengapa aku tak boleh pergi (6:47pm June 2nd, 2010) dah puisi. aku harus pergi. ke dalam mimpi. ke dalam diri. ke dalam sunyiku sendiri. dah puisi. besok kita jumpa lagi. jika aku rindu lagi. padamu puisi. (5:59pm June 2nd, 2010) tanpa basa basi puisi masuk ke dalam otakku. dia berak seenaknya di benak hati. dasar puisi tak tahu diri! (5:53pm June 2nd, 2010) eh puisi. tunggu. aku pipis dulu. di kamar mandi. (5:51pm June 2nd, 2010) ayo puisi kita berkelahi lagi. seperti dulu. seperti dulu lagi. aku atau engkau yang menyerah nanti. (5:50pm June 2nd, 2010) sekerling mata puisi. bikin hati terpikat mati. (5:48pm June 2nd, 2010) telah aku tikam tepat di jantung puisi. tapi puisi tak pernah mau mati. bangkit berulangkali. menghantui aku lagi. duh gusti… (5:19pm June 2nd, 2010) adakah

G.A.Z.A

namun tak usai. karena perih begitu merih. karena aku manusia. engkau manusia. rasakan perih yang sama. pedih yang sama. dan kutuk? aku tak sanggup lagi mengucap kutuk. karena kutuk bukan milikku. bukan milikku. hanya doa lirih yang perih dan pedih. kepada tuhanku. penjawab segala keluh. sungguh aku letih

Jika Engkau Terjepit di Leher Botol, Apa yang akan Kau Lakukan?

buat: afrizal malna aku akan menulis puisi, katamu terpejamlah malam dalam kelam dalam suram dalam geram hingga dendam redam terperam dalam hingga karam dalam palung rahasiamu yang terdalam paras teras keras pasar serat serak sarap retas ada dada dada ada dadaku kuda dada ada daku duka dada ada amat amat mata mata tamat mata mata amat pedas getas gegas cemas gemas remas kemas lemas debar benar getar senar gitar gelar memar tebar samar besar kamar tampar gambar camar gampar sampar malam muram malam suram malam maram malam malam pejam malam jeram malam malam lebam malam kelam malam kejam malam seram malam geram malam ketam malam malam sekam malam cekam malam peram malam rekam malam redam malam malam karam malam garam malam dawam malam malam waham malam malam kalam malam salam malam makam malam masam malam dalam malam 26 Januari 2010

Tentang Gerimis

1. gerimis tak habishabis. gerimis yang manis. aku tulis. aku tulis. gerimis yang rinai. gerimis yang ramai. merimis rimis. amatlah manis. 2. mendung menggantung. dan engkau cemas memandang cuaca. menerka angin dingin dan gelap langit. menghitung titik titik hujan. sebagai rimis. sebagai rimis. menyapamu sore ini. 3. ternyata, gerimis mempercepat terang. mendung menghilang. langit benderang. gerimis yang segera habis membuatmu tak jadi meringis nangis. 3-4 agustus 2010

Tentang Kemerdekaan

ketika buku buku dilarang. ketika pemikiran dilarang. ketika suara suara kebenaran dilarang. ketika mimpi mimpi dilarang. maka puisiku akan memburumu! kalian tak akan pernah bisa memenjarakan manusia merdeka. kalian tak akan bisa melarang pemikiran merdeka. kalian tak akan bisa memasung kata kata merdeka! aku rayakan kemerdekaan dalam hati. aku rayakan kemerdekaan dalam pikiran. aku rayakan kemerdekaan dalam kata kata. aku rayakan kemerdekaan dalam tindakan. ya, karena aku manusia merdeka!

Senja dan Matahari yang Menyusun dirinya dalam Puisi

senja ini menyusun remangnya. ke dalam baris-baris puisi yang gelap. menyisakan cahaya matahari di jeda waktu yang lelah. mungkin keluh ingin disampaikan peluh pada tubuh. yang menggayuh matahari ke balik kelam. seperti ingin kau kabarkan tentang negeri-negeri jauh. negeri yang kau tandai dengan kata cinta. saat itu, mungkin ada senja yang bersenda. di matamu yang menanda: alamat kemana kau akan kembali. ingin kembali menyusun cahaya matahari. di dalam puisi. Malang, 5 Agustus 2010

Ketapang - Gilimanuk

ketapang dini hari. truk bus mobil mobil antre. orang orang tertidur. bermimpi. di dalam mimpinya mereka menulis puisi: ketapang dini hari. antre lama sekali. ketapang. kunang kunang cahaya di kejauhan. debur pelan ombak. o mimpi mimpi siapa dibangunkan. dinihari yang merayap. kapal kapal menyeberang. orang orang di dalam perut kapal. dan aku? menulis puisi di asin laut. di embun malam. yang menyeberang ke esok hari. gilimanuk. bersandarlah kapal. mesin mesin mobil dinyalakan. asap bikin asma kumat. pengap.

Aku Datang, Bali

(1) tabanan ombak putih putih menyeru pantai menyeru nyiur menyeru rerumputan menyeru pesawahan di subuh yang menetas menjelma pagi (2) jalan berkelok kelok. berkelokkelok jalan. naik turun naik turun naik. menanjak menikung menurun menikung. kehidupan. oi kehdupan. kubaca tanda di jalan raya. (3) hijau pesawahan. subak. hijau. subak. sawah. subak. mengalir air. subak. dari atas ke bawah. subak. mengalir adil. subak. hijau pesawahan. (4) denpasar. terik matahari. hidung mampet. penyair kehilangan kata kata yang sederhana. siang yang asing. menunggu kopi hitam. kendaraan tak menjemput juga. fesbuk tak pernah dipadamkan. jerit peluit tukang parkir. celoteh tak habis. aku ngantuk. (5) wangi bunga harum dupa. hantarkan doa doa. degung menggaung mencipta ruang renung. di panas udara. di silir angin. bergulung kenang. menyapa diriku

Legian-Kuta Malam Hari

kuta. hujan tiba tiba. turis kuyup di pelataran pertokoan. mengapa trotoar tanpa atap? katamu suatu ketika. mungkin karena pejalan suka hujan dan sengat matahari. seperti aku yang mencari matahari di malam hari. tiada lagi dirimu di situ. mengapa aku menjadi demikian asing. menziarahi kenangan. di kuta yang macet. dentum musik sepanjang jalan. hilir mudik turis. di mana engkau. di mana engkau. mengapa aku menjadi demikian asing. di sini Juli, 2010

Yang Berdiam dalam Handphone

buat: pring dan malna ada yang berdiam dalam handphone. dunia tanda tanda. menanda penanda petanda. dunia benda benda. bandwith modem pulsa fesbuk twitter google yahoo menyala sepanjang waktu. sepanjang waktu jagamu. ah, malna belum kuupload video itu. terlalu besar filenya.

Menyebarang Selat Bali

ke barat ke barat kita kejar matahari, katamu. diombangambing ombak. pusing kepalaku. nenek moyangku seorang pelaut, aku ingin bernyanyi sekeraskerasnya. setuwung mie instan hangat meluncur bebas ke dalam usus. angin berhembus. ombak bergoyang goyang. nenek moyangku, seorang pelaut! pusing kepalaku kucoba berdamai dengan hempas gelombang dan deru angin: ah, nenek moyangku, seorang pelaut!

Memandang Purnama Bulan

(1) purnama sempurna bulan. di langit. seorang penyair ragu puisi apalagi yang belum ditulis penyair lain atau mungkin dirinya sendiri tentang bulan yang purnama sempurna. (2) sebutir bulan. terang. semangkuk laut. pasang. sebutir bumi. biru. sepandang langit. tatap. seorang aku. Rindu

Hujan yang Kesekian

hujan yang kesekian. hujan yang kau simpan. diam diam. dalam puisi. saat mata ingin terpejam. hujan yang kau kira akan berdiam dalam puisi yang tentram, berubah menjadi kucuran air dari kran. diam diam membanjirkan puisi ke dalam kepalamu. diam diam.

Batu Kali

batu batu kali batu batu kali berapa tambah berapa diusung ke kota diusung jalan jalan diusung gedung gedung diusung rumahku rumahmu dikubur dalam tanah direkatkan dalam keinginan mengukuhkan batu batu di kepala batu

Di Tanah Lot

(1) di tanah lot. turis berfoto. aku berfoto. kita saling berfoto. tak kulihat lagi tikus yang masuk lobang. hanya kerumunan orang. tak kulihat kamu di situ. di tebing batu. di pasang laut. kemana gemetar dulu. yang menjadi kenang. dalam wingit dupa. dalam harum bunga. ke mana engkau, kenangku yang dulu, lot. (2) secangkir kopi tak bisa mencegahku untuk mengantuk. rimis membasah di aspal terminal. mendung cuaca. sekotak nasi. secangkir kopi yang tinggal ampas hitam. sebatang rokok menyala. dan kantuk yang tak mau menunggu.

Aku Hujankan Puisi

aku hujankan puisi di meja meja kantor penyair yang lupa dengan impiannya tertumpuk kuitansi dan berkas espeje aku hujankan puisi di segala waktu saat kata kata merindu diriku saat aku merindu mimpiku aku hujankan puisiku untukmu untukmu untukmu yang memendam kata-kata rindu

Aku Datang Ke Kotamu, Pontianak

(1) aku datang ke kotamu ibnu. kuingin menulis dan baca puisi di tepi kapuas. tapi tak kutemukan dirimu. engkau di mana kawan? kau bilang di pontianak ada pay. aku ingat pay, sajak sajaknya kubaca di cybersastra di waktu lalu. aku datang ke kotamu ibnu. aku ingin menulis dan baca puisi di situ. (2) memandang awan. putih. putih. putih. memandang kabut. putih. putih. putih. diguncangguncang. diguncangguncang. 30000 kaki di atas permukaan bumi. duh, gusti hanya kepadamu segalanya kembali. (3) katamu, ayo penyair,jangan lagi kau pesan rumput ilalang atau kenang. mari cicipi kepiting lada hitam, udang galah kecap, kakap bakar. mari…. menu menu berlocatan menjelma puisi (4) di puncak tugu. matahari. di puncak usia. matahari. di garis khatulistiwa. peta digaris. matahari. (5) cermin seribu bayang. kulihat masal alu. masa kini. masa depan. waktu membuatku terharu. memandang cermin seribu bayang. dimana kejayaan masalalu itu. pada berkas kertas di dinding. pada foto foto lama. ah kenang berduyu

SAJAK KANAK (1)

ini ibu, aku sayang ibu ini ayah, aku sayang ayah ini adik, aku sayang adik ibu sayang aku, sayang ayahku, sayang adikku ayah sayang aku, sayang ibuku, sayang adikku adikku juga sayang aku, sayang ibuku, sayang ayahku kami saling menyayangi, aku senang sekali

SAJAK KANAK (2)

aku suka berenang, bernyanyi dan menari melukis juga aku suka, main boneka juga hari kamis, di sekolah aku belajar berenang kalau bernyanyi dan menari setiap pagi aduh, aku senang sekali sekolah diantar ibu atau ayah setiap hari

SAJAK KANAK (3)

di rumah aku suka melukis, main boneka main masak-masakan aku ingin jadi guru, seperti ayah, guru tk nanti bisa menyanyi dan menari setiap hari aku juga ingin punya rumah makan, biar makan enak setiap hari di temboknya aku gambar: bintang, bulan, matahari cantik sekali

SAJAK KANAK (4)

adikku lucu sekali giginya belum tumbuh semua aku suka dicium adikku itu basah mukaku kena ludah adikku adikku sayang sekali kepadaku kalau bermain sekolah-sekolahan adikku jadi murid aku jadi guru

SAJAK KANAK (6)

ayahku tidak bisa melukis, tapi suka menulis aku ingin bisa menulis, seperti ayahku aku sudah bisa membaca, tapi belum bisa membaca banyak aku sudah bisa menulis tapi belum bisa banyak sajak ini aku tulis, dibantu ayahku senang sekali aku bisa menulisnya

SAJAK KANAK (9)

di sekolahku ada acara kata bu guru hari kartini aku didandani ibu pakai baju betawi senangnya aku jadi cantik sekali aku bertanya pada ibu: kartini itu apa ibuku bilang, kartini perempuan yang mulia sekali

SAJAK KANAK (11)

ayahku suka mendongeng setiap aku mau tidur sambil diusap usap punggungku dipijat kakiku. ayahku mendongeng kancil dan buaya. kancil yang kecil tapi pintar. buaya yang besar tapi bodoh. buaya ingin makan kancil. silakan, kata kancil tapi nanti kalau sudah menyeberang sungai. kancil menunggang punggung buaya menyeberang sungai. di atas punggung buaya, kancil berpikir, bagaimana cara lepas dari terkaman buaya sampai di seberang sungai, kancil bilang pada buaya: tunggu sebentar ya. kancil melompat, lari tak disangka. buaya ternganga tak menyangka. aku bertanya: kenapa kancil berbohong. kenapa menipu buaya yang lugu?

SAJAK KANAK (12)

aku pingin sepeda baru aku sudah besar, umurku sudah lima tahun sekarang sepedaku yang lama rodanya tiga biar untuk adik saja ibu bilang nanti kalau tabungannya sudah penuh beli sepeda baru setiap hari aku menabung di celengan babi yang lucu celengan babi yang gendut dan lucu, kapan penuh, kapan beli sepeda baru? aku rajin menabung setiap hari di celengan babiku yang gendut dan lucu. di hari ulangtahunku, ayah membelikan sepeda baru untukku. dengan uang tabunganku. sekarang aku sudah besar, enam tahun umurku.

Sajak Kanak (13)

ayahku mendongeng timun emas dan butho cakil tersebutlah kisah raksasa yang rakus hendak memangsa timun emas butho cakil, demikian orang memanggil mati tenggelam di lumpur terasi dilempar ke butho cakil, menjadi lumpur timun emas selamat rakyat menyambut gembira

Sajak Kanak (15)

bu guru bercerita, memikat sekali cerita si kancil yang pintar banyak akal tapi si kancil suka nakal mencuri mentimun pak tani pak tani yang miskin menanam mentimun dipelihara setiap hari aku kesal kepada kancil tidak kasihan kepada pak tani kata bu guru, kami tidak boleh seperti kancil yang pintar mencuri

Sebelum Berangkat

bismillah. dengan menyebut namamu. yang yang maha pengasih dan penyayang. aku bertawakal. tiada daya upaya selain atas ijinmu. kutapakkan langkah mencari nafkah yang berkah. rizki yang halal. bismillah… Malang, 2010

Agar Kau Catat

buat: wilu ningrat aku tulis sajak ini, saat hujan menyapa tak henti, karena tanda baca datang dan pergi. mungkin puisi harus dipahat di dinding dinding kenang. agar kau catat. kau ingat. pernah ada sahabat memahat dindingmu. dengan puisi. demikian khidmat. Malang, 2010

Malang Pasar Malam

ada yang menari. kanak kanakku. di keriuhan pasar malam. sepanjang jalan. kloneng delman. nyala oncor. wayang kulit. gelembung sabun. balon warna warni. kembali kita kembali. ke dalam kenang. Malang, 2010-05-21

di Degup Jantung

Buat: Loektamadji Arif Poerwaka di degup jantung mengalirlah puisi sebagai darah sebagai cinta yang menyeru nama: wahai sang maha pengasih dan penyayang. dan engkau berserah dengan penuh syukur, alhamdulillah…. Malang, 2010

Kota yang Mengasingkan

buat: Deni Mizhar ah, mengapa kota-kota selalu mengasingkan kanak. dari kenang padi-padi. dari kenang layang-layang. dari kenang bening kali. dari segala kenang. o, kanak mari memahat dinding-dinding kota. catatkan namamu. di bawah sajak tentang mimpimu tadi. kenangmu tadi. agar kuingat kau, o kanak yang terasing. kota yang hilang. dari kenang. dari bayang. Malang, 2010

Assalamu Alaikum

Buat: Ramli Abdul Rahim assalamu alaikum. doa yang diucapkan. keselamatan bagimu. warrahmatullahi. serta rahmat allah. wabarrokatuhu. dan barokah untukmu. karena dari rahim maka kita bersilaturahim. mengikat diri. pada kasih sayang. cinta tuhan. yang maha Malang, 2010

MUNGKIN KAU KIRA

mungkin kau kira akan selamanya. tak. tahta nan fana. tahta tak baka. hanya sekejap mata. meski kau jaga dengan paksa. meski kau bentengi dengan tipu daya. sungguh. mungkin kau lupa. apa yang kau punya hanya sementara. hanya makna yang kami ingat sepanjang masa, dari hidupmu yang tak baka

AYO

ayo, kata-kata menarilah sekira kau bisa sekian lama kata sembunyi dalam goa dieram sunyi duka menarilah kata menarilah ini saatnya kau berkata

Tentang Senja

senja. matahari jingga. dan aku menyerupai bayang-bayang. di batas cakrawala. ada sepi menanti. di batas mimpi. ada sunyi menanti. di batas nyeri. siapa menanti. Kau-kah. tak henti menanti. dengan rindu seluas sunyi. (6:34pm May 24th, 2010) puisi adalah sepi itu sendiri (5:12pm May 26th, 2010) selamat senja. selamat senja. biarkan matahari kembali ke peraduan. biarkan malam merapat ke kegelapan. selamat senja. semburat jingga di langit jiwa! (5:24pm May 11th, 2010)

Di Puncak Malam

pangeran, aku harus pergi. malam akan sampai puncaknya. cinderella berteriak dalam hati, karena masih ingin merengkuh jemari yang kukuh. malam yang menua. malam yang akan menyirnakan segala mimpi. pada dentang ppenghabisan, dia kan temukan nasibnya.

Selamat Pagi!

selamat pagi! matahari sepenggalah tingginya. menghangatkan jiwamu jiwaku. penuh seluruh. sehangat cinta. seceria bahagia selamat pagi, katamu kepada matahari. dirimu sendiri. yang mencahaya demikian lembut. menyingkap kabut. mencium embun di daundaun.

ada yang debar mungkin dari kabar

ada yang debar. mungkin dari kabar: serbuk karbit, logam berkarat, secarik ancaman yang sakit. mungkin wajahmu yang nyeri. atau dadaku yang ngeri. meraba kelam semakin geram. di kepala yang sakit. di hati yang pahit. kau simpan apa? mungkin dendamlah yang kau peram. karena cinta tak pernah kau paham. dan segala demikian waham. seteguk demi seteguk kopi pahit. bayang menyilang dari darah bersimbah. wajah yang lelah. menatapmu. hidup demikian pahit. surga teramat jauh. melintasi padat jalan raya. sepeda demikian rapuh. dan cinta? cinta demikian asing. tak henti merahasia.

Langit Kenang

di langit malam siapa yang kau lihat? aku atau bayang kenangmu. serupa ciuman yang menghantu bibirmu. kau ingin pupus hapus kenang itu? yang membuatmu gila sasar rindu dendam. peluklah aku, seperti ingin kau peluk langit itu.

Segala tentang Mungkin, Sesuatu tentang Cinta

mungkin racauku racau mimpi siang bolong. tapi kata telah mengutukku. menitipkan benihnya di kepala. dan kukabarkan padamu: kata! aku tulis sajak cinta karena usia tak ingin sia-sia. dan cinta harus dikabarkan. dari cinta ke cinta. dari rasa ke rasa. dari aku kepadamu. mungkin ingin kau hitung, berapa benih kau tanam. dan pahala hamil tua. tapi apakah cinta membutuhkan itu semua? mungkin engkau akan bisikkan segala yang rahasia. atau kau teriakkan segala yang menjadi sesal. tapi biarkan aku menerjuni arusmu mungkin kau ingin menulis. pada buku. tentang halaman-halaman yang hilang. catatan yang raib. dalam kepul asap. dan peniadaan. mungkin waktu. yang akan mengabarkan. pada angka-angka yang bertanggalan. dari kalender. kau akan tetap mengingat. atau lupakan.

Di Kotamu

di kotamu segala menjadi mungkin. mungkin engkau akan lupa. tapi tidak untukku. kau, kota dan senja tertera di dalam mata. di kotamu, senja membawa gema adzan. tataplah langit, biarpun sebentar. agar kau tahu ada doa mengepak di sisa cahaya. di kota ini masih tersisa jejakmu, pada tembok dan patung di sudut itu. seperti engkau tetap menunggu. di kotamu hujan mencipta sungai sungai puisi. mobil dan motor menjelma ikan. berenang di arusnya. mungkinkah itu airmatamu? di kotamu kekasih, kenangan menjelma gelembung gelembung yang ditiup kanak. mencipta alun alun yang sama. senja itu.

Biarlah Aku Hangat Matahari

Cintamu mungkin membeku dalam kulkas kenangan. Tapi cintaku akan melumerkannya. Kenang gigilkanmu dalam rindu. Matahari dalam diriku menyapamu. Agar hangat. Agar kau ingat. Ada aku di dekatmu. Kau cintai aku seperti kau cintai dirimu. Kucintai engkau seperti kucintai diriku sendiri. Begitulah, cermin berkata.

karena hujan yang puisi

kaulah kabut selepas hujan. gigilkan kenangku. padamu. di dalam puisi hujan menyihirku menjadi penyair. seperti ini kali. rambut hijau. rumput hijau. bertumbuhan di dalam benakku. karena hujan yang puisi. serupa rindu yang tak mau menunggu. cintamu

Memandang Senja yang Hujan

ku duduk di sini. memandang senja yang hujan. tak ada engkau. hanya angin dan sisa cahaya menyelinap dalam temaram. kau dimana? sebagai pena, ingin kutulis sajak dalam baris-baris yang ganjil, sesuatu yang mungkin teramat asing, dan kau menyebutnya: puisi kau kenang juga daun yang gugur di senja puisi, sebagai cinta yang mencium keningmu biarkan aku menyelinap, dalam kenangmu yang biru. agar kau tahu, ada aku yang merindukanmu. selalu. kenang yang biru. langit yang biru. mimpi yang biru. dan juga rindu yang biru. kau pulas di kanvas hidupku. kanvas yang kau hias dengan segenap rindu, telah kupajang di galeri. kupandang selalu. penuh cinta

AKU TAFSIRKAN FIRASAT

dari ayat puisi yang tersendat karena engkau penyair sekarat selesaikan kalimat sajak yang letih mendongakkan kepalanya ke langit. bulan sabit, langit hitam, bintang berkedip. seperti galau di dadanya demi cinta yang tak kau pahami, tapi kau rasa, dalam gelincir airmata

BURUNG-BURUNG BERNYANYI DI PAGI HARI

setiap pagi burung burung mampir di halaman rumahku. bernyanyi bersama pagi. bersama matahari apa kabar kataku, pada nyanyiannya yang riang. mereka mematuk remah-remah dan berdendang. di coklat tanah. di halaman rumah aku ingat arcana menyimpan nyanyi burung. dalam ingatannya yang puisi. burung burung membuat sarang, bertelur dan mengeram. kanak-kanak burung mencericit. burung burung mencari makan sambil bernyanyi setiap pagi. menyambut matahari

kau minta sajak kuberi kau rima. mari ke mari berlagu rindu mendayu dayu. mari ke mari kuberi rima beriramarama. mari rima mari

yang bimbang yang hilang yang terbilang yang sayang yang melayang layang yang tumbang yang. puh! memang berang. bermainmain kata bermainmain kalimat empat kali empat jika sempat jika cepat tepatlah tepat tetaplah tetap seperempat dari balas kembali. marilah menari mari mencari mari jemari mari kemari mari mencuri kenang yang terbang yang membayangbayang yang mengawang terawang. mari. mentari atau matahari atau matahati hatihatilah hatimu hatihati mengeja bulan atau rembulan atau wulan atau luna. aih, tarimu maya! racauku racau yang kacau kicauku kicau yang parau mengacau racau mengicau kacau. Kau? mantraku mantra ilalang yang bergoyanggoyang riang yang meriangriang makna kemana makna mana makna nama makna makan makna teman makna taman. mantra man tra man tra man mantra tra man tra mantraman! tra? tralala trilili trululu. piuh sepi menyanyi. ata gegap menggetar geletar menjelma halilintar di langit yang jauh di harap yang jauh rindu meronta cinta meronta hilang pandang hilang. yang sila

Marcopolo : fragmen sebuah film

marco, di padang rumput di padang gurun apa yang dicari? catatan catatan yang terus ketelusuri, dalam keringat dan debu. negerinegeri jauh. di negerinegeri yang riuh, mungkin hanya sunyi menyelinap, rindu yang tak terkata, sebagai luka yang selalu nganga. pada tapak yang mungkin retak, jejak petualang, sisakan nyeri rindu arah pulang. tapi jalan yang mana kan sampai? rindumu nyeri. tuan, inikah negeri dimana kan ditemukan keping luka kan terobati oleh cinta. rindu yang nyeri membawaku ke sini, menata peta di tebingcuram. khan yang agung, kau tahu kuping mengkhi disimpan siapa? negeri yang tak kau kenali menyimpan rencananya sendiri. marco, lelaki barbar dari venice, aku kublai khan cucu genghis khan penakluk dunia. Catatlah namaku, catatlah. dengan rindumu yang nyeri, negeri negeri yang kau kunjungi, catatlah. timur membawa cahaya ke barat yang gelap. aku, khan mengajarkanmu. deru dan debu, ringkik gemeretak tapak kaki kuda, silam yang riuh. kutaklukkan negeri negeri. kutaklukkan rind

Temulun

"temulun, temulun, khan menginginkanmu. apakah kau tahu jalan cinta, kemana rindu akan kembali?" ya, kutahu. hanya satu malam saja. malam yang demikian panjang, marco. aku tak mencintai khan, tapi harus mengobati nyeri napsu. aku, temulun, tetap perempuan. di dekapmu, dunia yang kau rengkuh. lelaki kau tahu artinya?

mengapa hanya aduh dan rasa sakit yang kau rasa

mengapa keluh yang melenguh? lihatlah matahari cerah secerah warna hidupmu. mengapa hanya aduh dan rasa sakit yang kau rasa. bersabar itu lebih baik, daripada terus kau mengutuk hidup. lihatlah hidupmu demikian berwarna, karena engkau manusia. mungkin kau simpan galau sebagai gelombang yang ayun ambing rasamu. hingga terlena. tertidur. dalam mimpi-mimpi. hingga. kemana engkau akan pergi? petakan langkah. gambari hari. setapak demi setapak. mungkin kau gambar duri. Mungkin kau gambar diri. benci dan rindu kau tahu rasanya. tak ada yang bisa mengajarkan makna .cinta, selain yang engkau rasakan. bukalah hatimu, rasakan luka. 

keasingan yang sangat

schizophrenia, bisikmu. bangsal yang asing. ampul bertebar di lantai. kata berpendar. cahaya berpendar. keasingan yang sangat. rahasia waktu. ruang mengembang mengempis. melapang menyempit. gelombang kata. menerjang. dirimu. pecah! 

ada yang menyusun rencana

ada yang menyusun rencana. mungkin engkau. membangun bata demi bata. impianmu. celoteh kanak di suatu pagi. senyum kekasih hati. encana yang kau petakan. secangkir kopi panas di pagi hari. gelak tawa kanak dan kekasih hati. peta yang gambar diam diam. 

CINTAMU DEMIKIAN MURNI

serupa bunga bunga mekar liar di hutan perawan. sebagai kanak yang selalu mencipta dunianya sendiri. demikian juga engkau. Demikian riang. sebening mata. tanpa dosa.. ini duniamu kanak. coretan di tembok. mainan berserak di lantai di sofa di meja. ah kanak, tak ada yang perlu dirisaukan

sajak yang letih mendongakkan kepalanya ke langit

sajak yang letih mendongakkan kepalanya ke langit. bulan sabit, langit hitam, bintang berkedip. seperti galau di dadanya demi cinta yang tak kau pahami, tapi kau rasa, dalam gelincir airmata ke dalam dada, mungkin kenang yang membuatmu gila. karena cinta demi cinta tersebab cinta huruf huruf menghunjamnya ah, penyair yang merindu adakah diriku penyair yang mencinta adalah diriku menatah syair di lintas waktu

Ada yang Menghitung Butir Hujan

ada yang mencoba menghitung butir butir hujan. satu demi satu. di sore yang lembab. adakah airmatamu? adakah rindu yang menggerutu. menunggu. puisi menjelma permainan kanak. masa lalu yang ingin kau rengkuh. kebahagiaan serupa bayang bayang. yang jauh. yang rapuh. secangkir kopi. sobekan kertas koran minggu. sajak yang tak sempat kubaca. kanakkanak membuat perahu. aku? menghitung butir hujan. menghitung waktu yang sia sia. menghitung usia yang memutih rambut. menghitung langkah menuju. menuju Tuju!

aku tak menemukan senja yang biasa

aku tak menemukan senja yang biasa. langit putih. gerimis tak henti. mendung tak habis. senja tak menyisakan cahaya. serupa tangis, gerimis tak habis. senja demikian tiris. mengelam di genang kenang. di cahaya yang segera menghilang. mengapa kesedihan yang membayang, menggelayut di mendung wajahmu, mencurah deras dari langit jiwamu. o, sayang. senja yang rawan, senja yang perawan. menyimpan rahasia, di balik temaram. 

langit hari ini langit kemarin juga

langit hari ini langit kemarin juga, berhias awan putih yang sebentar lagi menghitam. seperti kemarin hujan tak tak menyisakan cahaya menjelang malam. sudah malam, dan aku harus kembali ke sarang. seperti burung, mengistirah sayap, aku hendak istirah kembali ke hangat cintamu

menjelang 30 oktober

: selamat ulang tahun mas heru emka ada yang menghitung detik menitik ke nol menit ke nol jam di puncak malam dimana engkau penyair yang menanda tanda di waktu yang terus menderu ke arah senja ke arah senja adalah engkau penyair yang menanda puisi dan persahabatan dengan makna yang terpendam dalam masa remajaku yang bercahaya dalam kenang dalam bayang o menerang dalam ingatanku Tanjung Pinang, 29 Oktober-30 Oktober 2010

sempena melawat ke negeri tuan raja ali haji

(1) selalu saja ilalang mengabarkan, tak ada yang abadi. tak ada. pada ilalang yang tumbuh aku menyimak semak reruntuhan tembok istana. reruntuhan dari masalalu. sungguh, tak ada yang abadi. kejayaan? pun! (2)  kujejakkan kakiku di negerimu ali haji negeri pantun negeri gurindam karena ilmu termaktub dalam kata bermakna. kuucap salam dari anjung cahaya. (3) perahu melaju o ombak pecah menjadi riak riak (4) gerimis menjelma hujan. menderas. bersama angin. (5) sempena melawat ke negeri tuan dan puan, aku ingin berdendang syair seloka pantun gurindam talibun, di anjung cahaya di batu enam di pulau penyengat bintan yang berangin asin, berombak laut berombakombak. mengayun pongpong di alun hidupku. (6) secangkir kopi, setangkup roti, sebatang rokok, musik instrumentalia, aih aku harus pamit juga raja ali haji. mungkin aku akan kembali membaca syair pantun dan gurindam di negerimu ini. kembali membangun kejayaan negeri, memakna harkat martabat, marwah, minda bangsa sendiri. bangsa yang me

3 Sajak Untuk Dimas Arika Mihardja

AKU TULIS DI DINDINGMU buat:dimas arika mihardja aku tulis dindingmu dengan segala kenang yang berdentang o, berdentang juga mimpi-mimpi kanak yang menyerumu dengan parau: beri aku puisi, biar lelap tidur malamku! Malang, 2010 SATU ANGSA DUA ANGSA DI DANAU PUISI buat:dimas arika mihardja seekor angsa dua ekor angsa berenang-renang di danau puisimu sedanau puisi demikian bening demikian hening ditingkah kecipak riak dihembus lembut angin mari ke mari, bersama kita menatap senja ke mana kita kan kembali. Malang, 2010 MUNGKIN KAU INGAT buat: dimas arika mihardja mungkin kau ingat baris-baris puisi: yang kelak retak, namun kita menjadikannya abadi. ah, mungkin tak kuhapal baris baris yang sesungguhnya. seperti percakapan kita yang timbul tenggelam dalam kenangan. antara ingat dan lupa. Malang, 2010

Dua sajak untuk Iwan Soekri Munaf

Sesuatu Tentang Waktu dan Kita yang Mengukur Jarak Penempuhan : sutan iwan soekri munaf waktu berdetik saja seperti engkau yang berbisik perlahan berbisik pelan tentang rintik rintik hujan yang menitik setiap detik di waktu yang terus berdetik tak hendak tidur karena di titik sebuah kalimat tak menunjukkan akhir sebuah cerita karena di batas paragraf ada yang menyambung jeda dengan kata seperti waktu yang terus berdetik: di kepalaku di puncak itu waktu pun berhenti dan kita pun abadi. karena diam adalah puncak gemuruh. maka di perhentian waktu kita melesat tiada henti. seperti kau ajarkan tentang waktu. kecepatan. percepatan. relativitas. kenisbian. di dalam sel sel otakku. persepsi. resepsi. interupsi. desersi. menciptakan mimpi dalam kepalaku. di batas gelap dan terang adakah dirimu diriku. di batas sempit dan lapang hadirkah dirimu diriku. di batas hitam dan putih engkau akukah di situ. di segala batas. di segala perbatasan. engkau dan aku mengukur jarak ke arah diri sendiri. Malang

ada yang tak ingin segera terpejam

ada yang tak ingin segera terpejam: buku buku, kertas koran, puisi yang belum selesai dituliskan, juga aku mungkin puisi tak akan pernah selesai dituliskan, melunaskan rindu yang tak habis terasakan dengan jemarimu berapa sajak ingin kau tuliskan? sedang waktu tak ambil peduli kita membangun angan dengan bata kata kata yang terbata bata malam terus melarut ke dalam rasa sakit yang bersarang di dalam perut aku bicara padamu, dengar aku bicara padamu, bayang bayangku! jam berapa sekarang? Kau dengar tanyaku? jam berapa sekarang? bayang bayang tak menjawab, puisi belum habis terbaca.

berdoalah

berdoalah bersama debu debu bersama batu batu bersama angin. berdoalah, sayangku berdoalah! di bening hening di malam yang membuka kabar dari langit yang jauh, dari tanah yang gelisah berdoalah!

doa yang kurapalkan semoga sampai

doa yang kurapalkan semoga sampai. mengetuk pintuMu. mengetuk cintaMu. mengetuk kasih sayangMu. kami hambaMU aku mungkin bebal, tapi ampunanMu tak terhingga, tapi kasih sayangMu tak terhingga, tapi aku tetap hambaMu yang selalu memohon perlindungan biar kuterjemah bahasa debu, biar kuterjemah bahasa pasir, biar kuterjemah bahasa gelombang, biar kuterjemah isyarat yang kau sampaikan

KUMAMOTO

aku minum dari mesin-mesin. mereka pintar meminta uang. aku haus. aku butuh minum. air kran boleh diminum. tapi aku sedang kedinginan. aku ingin minum kopi. aku minta minum kepada mesin. mesin meminta uangku. aku beri mereka uang. aku diberi kopi panas. di dalam kaleng.

SELAT HONSHU-KYUSHU

Menyeberang jembatan ke utara. Memandang selat honshu-kyushu. Lautan pasifik yang biru. Utara. Selatan. Utara. Selatan. Kemakmuran merata. Pajak membangun jalan-jalan. Pajak menanam pohon-pohon. Pajak membentangkan jembatan. Negara melambaikan bendera dan undang-undang. Negara memasuki rekening tabungan para penunggak pajak. Negara tak mengurusi agama warganya. Negara menagih haknya. Warga memberikan uangnya. Warga menuntut haknya. Negara memberi kewajibannya. Dari selatan ke utara. Dari kyushu ke honshu. Aku merindu tanah airku.

KARATO YAMAGUCHI

Aku tak menemukan lalat di sini. Tempat ikan dijual. Otakotak ikan buntel. Sedikit bau amis. Pasar yang mulai sepi. Di sore hari. Burung camar memekik di kejauhan. Terbang di atas laut, selat honshu-kyushu.

AKIYOSHI CAVE

Memasuki lorong-lorongmu. Dingin menyergap. Dari jutaan tahun air mengukir batu-batu. Aku membaca sungai bawah tanah. Aku membaca udara entah darimana. Aku membaca dinding tanpa coretan tangan. Aku membaca tangga-tangga mendaki menurun. Waktu, mengendap di dasar. Lorong yang menyimpan jejakku, di negeri haiku.

BIARLAH MIMPI MIMPI MENJELMA

biarlah mimpi mimpi menjelma, seperti yang kau angankan, seperti yang kau inginkan, sebagai rindu yang menemu cinta demikian sempurna. biarlah segala terbaca dari sorot matamu lintasan waktu yang tak henti mencatat tak henti tercatat duka gelisahmu yang fana. aku tetap terjaga menjaga bahasa, walau hanya kata dan kalimat yang bergema dan kembali kepada diri sendiri. 

puisi yang riuh sendiri di dalam dada

sajak yang letih, bersandar pada waktu yang merapuh. tiktak jam yang keluh. lihatlah, bintang jatuh, dari langit yang jauh. kau simpan aduh. malam menyimpan redup cahayamu. puisi yang riuh sendiri di dalam dada. gemuruh yang tak pernah usai. tak tamat diucap. tak usai dicatat.

MONOLOG MALAM BAGI ANANDA SUKARLAN

malam, masihkah piano itu berdenting? jemari menari menelusur riwayat rindu, cinta yang amat lekat, apa yang teralamat, padamu malam, masihkah tangan itu menari dengan ketukan yang demikian ritmis, seperti gerimis, membuatmu miris malam, kemana akan bergegas mimpi mimpi yang penuh irama, aroma kerinduan yang rona dan semerbak, di ruang ruang lengangmu ini malam, kenangan selalu datang tibatiba, serupa dejavu kau bawakan kata menyeru puisi malam, aku menyapamu seperti embun yang pelan pelan menjelma dalam hening, demikian bening, di kuntum bunga malam, biarlah engkau tetap diam, di puncak diam, berdiam puisi yang paling puisi, berdiam lagu yang paling lagu, berdiam musik yang paling musik malam, serupa bayang kematian, demikian dirindukan airmata? hapuslah dari matanya yang teramat indah malam, aku mendengar gemersik kertas, alunan suara, denting piano yang demikian pelan, denting gitar yang demikian parau, cercah perkusi yang mengiris hati. mungkin risau? malam, metafora yang gelap