Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2005

Puisi Tentang Sebuah Kota dan Kehidupan Sosial

TIBA-TIBA AKU TERINGAT JAKARTA :b.n kepak burung, petak sawah, hijau padi, alir air, aku teringat padamu apa kabar gedung-gedung yang menyimpan ranjang dan lenguhnya dan kelaminmu yang menegang desah angin, rintik hujan, hijau lumut, aku teringat padamu kota yang membusuk dan engkau yang menari dengan pikiran kosong di sela berita kehancuran cercah cahaya matahari, putih kabut, embun di daun aku teringat padamu apa kabar kemacetan sepanjang jalan semacet kata-kata memaknai hidup di hiruk pikuk kegamangan gigil udara, hijau daun, aroma pedesaan aku teringat padamu kota yang menyimpan keluh dan koreng di sekujur tubuh memamerkan selingkuh dan perceraian aku di sini, berjalan kaki di pagi hari mengingatmu menulis puisi dengan airmani INGATAN PADA SEBUAH LAGU :bunda atta sebuah lagu, demikian samar, dentingnya seperti puisi, yang didesahkan angin, menelusup jendela kamar saat aku bercanda dengan matamu, berenang-renang di arus cahaya, ditingkah kekeh tawa manjamu sebuah lagu demikian samar

Contoh Puisi Eksperimen

ADA YANG MENCATAT ada yang mencatat demikian cermat dan khidmat syariat hakikat makrifat di sebalik hikmat peristiwa demi peristiwa berpijaran di rentang laku hidup waktu berkejaran kemana segala kan beralamat? tanya sebuah taklimat semoga kau selamat! seru surat kawat peristiwa demi peristiwa berluncuran hidup kematian mati kehidupan UNTUKBENTUKPUISIBENTUKUNTUKPUISI hari-hari hibuk sibuk mimpi-mimpi menumpuk-tumpuk sepi-sepi menumbuk- tumbuk nyeri-nyeri memabuk-mabuk ngeri-ngeri mencambuk-cambuk diri- diri mengutuk-kutuk buruk-teruk hari amuk-peluk mimpi remuk-bekuk sepi tekuk-keluk nyeri ceruk-ceruk ngeri rusuk-busuk diri

Contoh Puisi Hidup Kehidupan

MEMBACA PUISI, SUATU KETIKA menelusur kata-kata menerka tanda memberi makna hampa huruf dieja mengharap irama bebunyian jiwa hampa HANYA AIRMATA :cahaya hastasurya hanya airmata merembes pelupuk membasah di pipi menetes di ubun-ubunmu sebagai doa sebagai pinta kepadanya semoga engkau sehat senantiasa hanya airmata tanpa ucap kata-kata menembus malam di saat napasmu tersengal tak berdaya hanya airmata menetes di ubun ubun kepala MENYEBERANG JEMBATAN TUA jembatan tua sungai curam onggokan sampah gerombolan lalat bau busuk dimana puisi deru traktor kepak burung lumpur hitam genangan hujan bentangan sawah dimana puisi jembatan bambu merapuh usia merapuh tubuh merapuh ingatan merapuh kata kata merapuh dimana puisi dimana engkau dimana dimana aku dimana dimana dia dimana dimana mereka dimana dimana kita dimana dimana puisi BERDETAK-DETAK MENGETUK PINTUMU berdetak detak jejantung harap mengetuk pintumu sekian lama tak berjumpa membentang jarak rinduku masihkah ada makna airmata dan degup meny

Renungan Puisi Kepada Penyair

KITA BERCERITA :ha kita bercerita tentang sunyi mendera lalu menggambarnya dengan warna-warna kelabu seperti dulu kita bercerita tentang kesepian kita lalu menuliskannya dengan kata-kata sendu seperti waktu lalu kita bercerita tentang impian segala lalu mengiringinya dengan doa-doa syahdu seperti dulu seperti waktu lalu AKSARA YANG LETIH :ha demikian letih aksara menyimpan rahasia makna demikian letih aksara menyimpan kehendak makna demikian letih kita mengungkap rahasia makna demikian letih kita menyingkap kehendak makna MUNGKIN ENGKAU MERINDU mungkin engkau merindu. saat malam melarut di gelombang bayang. tik tak jam menderu. berdentang kenang. memburu dirimu. mungkin engkau merindu. demikian merindu masa lalu. DI DEPAN CERMIN ada yang termangu di depan cermin. menerka-nerka siapa gerangan yang membayang di sana. terasa demikian akrab, sekaligus terasa asing. seperti maut yang mengendap di detik-detik usia. menggurat di wajah lelah. memutih di rambut kusut. ada yang termangu di depan