Skip to main content

Dongeng Burung



sayapku patah, katamu, seperti mengulang kata-kata itu, serupa
gibran? tapi sepertinya aku bukan gibran dan kau bukan ziadeh yang saling
merindu, hingga waktu memisahkan, dengan pedangnya yang tajam

jika sayapmu patah, pastilah kau burung yang terbang tak henti, atau
karena pemburu memanah hingga luka, atau rahwana membantingmu, saat
penculikan itu, kau dengar jerit? perempuan di sebuah hutan

aku dengar ribuan burung jutaan burung beterbangan, menuju langit
hitam, mencari cahaya, suaranya mencericit, bikin ngilu, kaukah salah
satu? sebagai huruf-huruf attar

pernahkah kau sampai di perahu nuh, membawa daun, atau negeri balqis
atas perintah sulaiman? membawa kabar itu

sudah kau dengar suaranyakah, menyapamu, membakar dan melumatkanmu
menjadi abu, dan abadi



Comments

Popular posts from this blog

Nanang Suryadi Baca Puisi di Setiap Senja

Sila ditengok juga: Puisi Universitas Brawijaya  Nanang Suryadi Lecture UB Web Nanang Suryadi

DI PENGHUJUNG OKTOBER

hujan masih terus gemericik. senja kehilangan semburat cahaya. langit warna kelabu. apa kabar puisi? sia siakah penyair mengekalkan segala dalam kata. puisi menggigil di bawah gemericik hujan. langit yang kehilangan semburat cahaya. senja yang menyisakan warna kelabu. apa kabar penyair? apakah sia sia aku dituliskan. puisi menggigil menari di bawah gemericik hujan.