Skip to main content

Kemarau

Sebenarnya aku tak pernah ingin menceritakan ini kepadamu. Karena tak ingin engkau menangis. Hingga telaga dalam matamu menjadi asin. Seperti laut. Mungkin akan ada badai gelombang di situ. Biarlah, tak akan pernah kuceritakan. Agar telaga di matamu seperti dulu, sejuk bening tenang yang akan kukunjungi setiap kali aku terbakar kemarau

Aku menyimpan kemarau. Tak ingin kutitipkan di matamu. Karena tak mungkin engkau menanggungkan panasnya yang membakar. Hingga seperti terasa sumsum mengering. Biarlah di matamu hanya ada telaga yang akan kukunjungi setiap saat. Bila kemarau demikian bakar ubun kepalaku. Dari telagamu yang tenang dan bening kuciduk air dengan sepuluh jemari yang kurapatkan. Kusiram ke rambutku, ubun-ubun yang terbakar kemarau. Dengar desisnya demikian mengharukan. Hingga aku menangis. Dan tak ingin kau merasakan kemarau seperti ini. Kemarau yang membakar ubun-ubun kepalaku dengan demikian bengis.

Pernah kumasukan kemarau ke dalam sebuah lemari es. Tapi sungguh, kemarau itu demikian garang. Melumerkan es membeku, mencairkannya dan menjadikannya air yang mendidih. Jika tak segera kuambil buah, sayuran dan daging dari dalam lemari es mungkin mereka akan menggosong. Lalu kunikmati saja hari itu kolak, gado-gado dan daging panggang rasa kemarau.

Sejak itu, kumasukan saja ia ke dalam dadaku. Karena kuingat kau pernah katakan: aku baca dalam sebuah dongeng, ada yang menyimpan neraka dalam dadanya.

Depok, 18 Januari 2002

Comments

Popular posts from this blog

Aku Merindukanmu

aku merindukanmu, tapi jarak dan waktu mengurungku o mata, siapa simpan kesedihan di situ, dalam bening sedu sedan tertahan, dalam dada aku merindukanmu, kau harus percaya itu seperti kau tahu, yang merindu menunggu saat memburu tuju!

Contoh Puisi Post modern dan Post colonial

DONGENG HANTU DI KOTA SAJAK Buat: penyair w hantu telah meledakkan mimpi kota kota di malam malam panjang mengerikan sebagai teror yang dicipta dalam koran dan televisi dan film holywood di mana tak ada rambo atau james bond yang mampu mencegahnya karena kesumat telah menjadi seamuk mayat yang dibangkitkan dari kuburnya dengan dendam dan belatung dari borok luka yang penuh darah dan nanah gentayangan menghampiri sajak yang penuh kegelapan bahasa yang telah menjadi sulapan dari dunia kegelapan menghantuimu dengan mulut mulut nganga berbau busuk propaganda tak henti henti dari botol botol minuman impor berlabel franchise formula dan resep paha ayam bumbu tepung menyerbu lambung kanak kanakmu sebagai sampah yang dilesakan ke dalam lapar negara negara dunia ketiga yang mabuk bahasa iklan dan ekstasi yang menjungkirbalikan kepala hingga di bawah telapak kaki para monster yang telah menciptakan frankenstein dan domba dolly berkepala manusia di pesta pora membunuh angka angka data statistik

Puisi Terbaik di Indonesia

"Puisi Terbaik di Indonesia" , saya memberi judul tulisan ini. Mengapa tulisan ini harus diberi judul "Puisi Terbaik di Indonesia?" Saya tergelitik dengan hasil pencarian di google.com yang menunjukkan hasil yang membuat saya tertawa, karena ternyata banyak orang mencari puisi dengan keyword: "Puisi Terbaik"; "Puisi Bagus"; "Blog Puisi Bagus" ; "Kumpulan Puisi Terbaik" ; "Contoh Puisi bla...bla...bla..." dan seterusnya. Saya ingin iseng-iseng menulis dengan judul: " PUISI TERBAIK DI INDONESIA ," sebagai judul tulisan ini. Siapa tahu, anda pun akan tertawa bersama saya, setelah mengklik tulisan berjudul "Puisi terbaik di Indonesia" ini dari halaman satu google. Hidup Puisi Terbaik di Indonesia ! Hehehehe. Kena deh! Jika ingin baca puisi saya, sila ditengok juga: Puisi Universitas Brawijaya  Nanang Suryadi Lecture UB Web Nanang Suryadi