Skip to main content

Posts

Showing posts from December 29, 2010

Puisi Yang Menjadi Genit, Menggoda Kami

puisi menjadi genit. bersolek dengan kata kata. yang dipungut dari gegas tak berkesudahan. sepanjang detik sepanjang waktu. menggoda kami. aku berdiam dalam simpangsiur. kata kata yang membius. hiruk pikuk. dan aku mulai bergumam. membangun bahasaku sendiri. kami. kita. adalah dia atau mereka. yang dituding. dengan seribu murka. dengan sejuta kutuk. badai tak terhingga. dimana aku? katamu selalu bahasa menjadi gelanggang. adu kekuasaan. berputar putar. makian dan pujian. basa basi. jenguklah dirimu. jenguklah. mungkin aku. dirimu. lalu engkau ciptakan kata dari gula gula. dibungkus manis. sebagai janji. sebagai mimpi. tapi saat kami nikmati terasa getir di bibir. pahit

Engkau adalah Aku. Aku adalah Engkau

akupun diam. sediam engkau. karena bahasa kita sama. engkau adalah aku. aku adalah engkau. mencintai aku. mencintai engkau. dengan sederhana. seperti lintasan waktu yang putih. kosong. tak bergerak. aku adalah diam. yang tak henti mencintaimu. dalam diam. dengan diam. puncak sajak ah, aku tetap mau menjadi diriku, yang mencintaimu dengan sederhana dan tanpa banyak bicara. sebagaimana kau kau raba dadaku, kau temukan luka, keasingan yang membisu mengetuk ngetuk pintu jendela. angin yang asing. rasa yang asing karena bahasa penyair bahasa yang tak kau sukai, berputar dari asing ke asing yang lain. tapi lihatlahlah mataku, apakah kau tetap terasing? aku tetap ingin menjadi diriku yang mencintaimu dengan sederhana dan tak banyak bicara

LARIK LARIK YANG MUNGKIN INGIN KAU ABADIKAN

mengapa jarak selalu membuat risau? sedangkan detak selalu kau dengar dari jantung rinduku aku ingin menulis puisi demikian riang pagi ini. puisi yang bening, sebening kaca yang diterpa cahaya matahari. seriang nyanyi prenjak menyambut matahari. hati riang di hari yang terang dan tenang! adalah hidup yang kita hargai dengan katakata bermakna. seperti diterjemah dari airmata. duka atau bahagia. semata. MilikNya. sebagai embun. berpendar cahaya matahari. lalu meniada. aku menyapamu. namun engkau diam saja. walau kutahu. kau simpan rindu. selalu. di hatimu.hingga sampai cintamu. di puncak segala puncak pemahaman. diam

YANG MENUNGGU YANG MERINDU YANG BAYANG YANG KENANG YANG DIRI YANG SENDIRI

YANG MENUNGGU YANG MERINDU menunggu. menunggu. menunggu. menunggu. keberangkatan. jam berapa sekarang? 3 jam lagi? matahari senja. Cahayanya menerobos kaca jendela. Demikian sayup. Seperti ketuk jejemarimu yang gemetar menanggung rindu TENTANG KERINGAT yang menetes adalah keringat yang menyungai adalah keringat yang melaut adalah keringat dan airmata cintaku kau ingat keringat demikian deras, dan membayar upahnya sebelum kering keringatnya. Kau ingat? jika peluh menjadi keluh yang lepuh, maka kuingat keringat yang upahnya terlewat bisa berakibat gawat TENTANG PELUH tubuh. peluh yang luluh. peluh yang luruh. tubuh yang ingin kau rengkuh adakah peluh pada lenguh, malam yang gaduh? sebagai gemuruh ranjang seakan meruntuh DIRI YANG MEMBACA DIRI diri membaca Diri yang abadi dalam diri itikaf hari hari cinta memburu rindu dendam melulu dimana kekasih diri di dalam diri yang semesta di dalam lautan Cinta aku seekor ikan berenang kian kemari menari nari o Engkau yang tak pernah dapat diingkar

haiku atau haimu apa bedanya. hai hai. bulan terang di halaman. memandangmu semalaman

yang membayang pada malam adalah engkau di bawah cahaya bulan bundar warna oranye seribu bulan benderang cahayanya di dadamu. seperti kutemukan dari kedalaman mata yang mencahaya senyumnya di jauh malam matahari tetap bersinar, cahayanya memantul di purnama bulan kau rengkuh rembulan memungut sisa cahayanya seekor kodok melompat ke dalam mimpiku yang rembulan di balik awan, rembulan sembunyi. merindu matahari mencintai. seperti dulu lagi haiku haimu. hatiku hatimu. lebur huruf di dalam api: puisi rembulan yang sama. rembulan yang itu itu juga. mengapa tetap kau rindu. menjadi puisi abadi. sebutir rembulan. berbutir bintang. ditatahkan pada malam. tanda cintaku padamu surat cinta yang kukirimkan jatuh di halaman rumahmu. dipanaspanas dihujanhujan dianginangin. bertumbuhan bunga

YANG ALAY YANG LEBAY

1) kesenanganmu curhat. curhat kok dipelihara? (2) berulangulang dia mengucap hal yang sama hingga engkau menjadi bosan dan mulai menggelar spanduk dengan protes yg diulang juga ? (3) aku dengarkan saja keluhanmu yang sama dengan kemarin, lusa, yang lalu. serupa nasi basi. basi tahu. basi. dan kubuang ke tempat sampah (4) dari sisi mana akan kulihat dirimu bergulung pita bergulung suara bergulung senyummu yang itu itu juga. menyebalkan! (5) mungkin engkau memungut kata dari bahasa yang diduplikasi ribuan kali dan dengan segera menyeru: no comment. copy paste dari kata-kata selebriti yang alay dan lebay. (6) unyu unyu!

SAAT IMSAK KULIHAT JAM TERUS BERDETIK MENUJU SUBUH

tik tik tik berdetik waktu hingga menjelma menit jam hari minggu menjelma bulan dan tahun tahun hidupmu yang terus berdetik hingga titik ada yang berbisik di dalam puisi karena hidup demikian berisik. berbisiklah. hingga sunyi menyelimuti. kekal di dalam diri. kami ingin memandang hidup demikian seluruh. hingga kami tahu ada yang luruh ada yang utuh. karena tak semua teguh tak semua rapuh. aku temukan subuh yang teduh. semoga tak kujumpa esok yang mengaduh karena hidup yang gaduh makian yang menuduh dan nasib yang terjatuh

yang keluh yang peluh memantra teluh

yang keluh yang peluh memantra teluh. yang kelu yang pilu memeta angka: telu. seperti tari merentak rentak merancak rancak di hingga subuh menyuluh tubuh. duh mengapa deru yang seru menyaru saru? serumu! serumu! merupa lama merupa mala. menuba tuba membuta buta membatu batu. pada tubuh subuh kau tahu ada keluh atau peluh? mungkin peluk kelu butuh tubuh. agar subuh tubuh tak rubuh

pada malam aku berangkat menuju dinihari

pada malam aku berangkat menuju dinihari dengan sejumlah kata yang rindu mimpi seperti sihirhujan yang tak henti menjelma puisi puisi yang random mengikuti dirimu menggumpalkan bahasa dalam kepala seperti kaki kaki hujan yang gaib menyertai secangkir kopi. sepiring agar agar. dan aku belum terpicing juga. malam telah melarut. kopi telah melarut. kantuk segera melaut. lautan mimpi menyambut. sebagai cintamu yang lembut

Kesedihan yang Menyapa. Mu

telah kuserahkan segala. kepadaMu. aku berserah. aku pasrah. pada kehendakMu semata. jadi. maka jadilah. kehendakMu.? aku adalah air. dengan api yang sangat, aku mendidih. aku menari. kesedihan yang menari. aku adalah kesedihan. menyapa Engkau. dengan tarian. kesedihan yang menyapa. Mu

yang menunggu adakah dirimu

yang menunggu adakah dirimu. menunggu waktu untuk kembali ke surga yang kau tinggalkan. dahulu yang menari adakah dirimu. dengan cericit di atap atap. di sawah penuh bulir padi. disiram cahaya matahari pagi. yang tersenyum di waktu subuh adakah embunmu. menunggu matahari. atau hujan di pagi hari? yang mengembun di waktu subuh adakah airmatamu? menunggu matahari pamerkan kilau. dan menciumnya hingga tiada

di batas ruang aku tulis sesak kalimat

di batas ruang aku tulis sesak kalimat karena puisiku menjelma air yang terus mengucur mengalir hingga sesak kata sirna di isaknya, karena? hanya kata yang terpilih dimakamkan di sini, di tanah yang tak mungkin kau kenali, seperti jejak itu menggurat 140 huruf terakhir demikian gaduh. bicara sendiri. di ruang demikian pengap. kau memuja diri sendiri. dan aku mulai belajar sesuatu yang baru. sesuatu yang asing. dan ragu seperti adam yang menerka. dan memberi nama. sesuatu yang belum diajarkan. aku beri tanda pada jalan setapak ini. aku meracau sendiri. menggurat huruf. menanda adaku. melintasi waktu

Yang Berdetik Adalah Waktu

:mahmud fauzi thahir yang berdetik adalah waktu, yang menitik adalah airmata, di titik puncak penyerahan, dirimu. wahai jiwa yang merdeka, wahai jiwa yang mengetahui arah tuju, wahai engkau yang memakna waktu demi waktu dengan hikmah pengetahuan, akan diri sejati, memakna hidup yang asasi. karena engkau adalah jiwa yang merdeka. manusia yang merdeka!

Menjelang 11 Agustus

1. setiap detik yang disyukuri setiap langkah yang melimpah hikmah setiap bahagia yang dipinta dengan doa dan usaha titik usia hanya tanda berapa tapak menuju rumah cintaNYA 2. sayangku, cintaku lebur cintaku cintamu di dalam cintaNYA yang bertahta dalam jiwa 3. semoga engkau tetap bahagia menatap bening mata kanak-kanak kita 4. semoga kita dapat bersyukur senantiasa atas segala karunia Malang, 10 Agustus 2010

Sambutlah Aku dengan RinduMU

sambutlah aku dengan rinduMu. sambutlah. telah kuhitung sebelas purnama. telah kuhitung lukaluka. sambutlah aku dengan cintamu. agar kuhitung seribu bulanmu. menghapus luka. menghapus duka. yang kutikamkan berulang kali ke dada sendiri. sambutlah aku. wahai. Engkau yang kurindu.

Puisi Tentang Puisi

macet lagi. macet lagi. gara gara puisi. menari nari. di jalan jalan. di gang gang. puisi puisi menari nari. hingga esok hari. (7:03pm puisi puisi sedang berpesta di jalan jalan memacetkan lalulintas. duh puisi mengapa aku tak boleh pergi (6:47pm June 2nd, 2010) dah puisi. aku harus pergi. ke dalam mimpi. ke dalam diri. ke dalam sunyiku sendiri. dah puisi. besok kita jumpa lagi. jika aku rindu lagi. padamu puisi. (5:59pm June 2nd, 2010) tanpa basa basi puisi masuk ke dalam otakku. dia berak seenaknya di benak hati. dasar puisi tak tahu diri! (5:53pm June 2nd, 2010) eh puisi. tunggu. aku pipis dulu. di kamar mandi. (5:51pm June 2nd, 2010) ayo puisi kita berkelahi lagi. seperti dulu. seperti dulu lagi. aku atau engkau yang menyerah nanti. (5:50pm June 2nd, 2010) sekerling mata puisi. bikin hati terpikat mati. (5:48pm June 2nd, 2010) telah aku tikam tepat di jantung puisi. tapi puisi tak pernah mau mati. bangkit berulangkali. menghantui aku lagi. duh gusti… (5:19pm June 2nd, 2010) adakah

G.A.Z.A

namun tak usai. karena perih begitu merih. karena aku manusia. engkau manusia. rasakan perih yang sama. pedih yang sama. dan kutuk? aku tak sanggup lagi mengucap kutuk. karena kutuk bukan milikku. bukan milikku. hanya doa lirih yang perih dan pedih. kepada tuhanku. penjawab segala keluh. sungguh aku letih

Jika Engkau Terjepit di Leher Botol, Apa yang akan Kau Lakukan?

buat: afrizal malna aku akan menulis puisi, katamu terpejamlah malam dalam kelam dalam suram dalam geram hingga dendam redam terperam dalam hingga karam dalam palung rahasiamu yang terdalam paras teras keras pasar serat serak sarap retas ada dada dada ada dadaku kuda dada ada daku duka dada ada amat amat mata mata tamat mata mata amat pedas getas gegas cemas gemas remas kemas lemas debar benar getar senar gitar gelar memar tebar samar besar kamar tampar gambar camar gampar sampar malam muram malam suram malam maram malam malam pejam malam jeram malam malam lebam malam kelam malam kejam malam seram malam geram malam ketam malam malam sekam malam cekam malam peram malam rekam malam redam malam malam karam malam garam malam dawam malam malam waham malam malam kalam malam salam malam makam malam masam malam dalam malam 26 Januari 2010

Tentang Gerimis

1. gerimis tak habishabis. gerimis yang manis. aku tulis. aku tulis. gerimis yang rinai. gerimis yang ramai. merimis rimis. amatlah manis. 2. mendung menggantung. dan engkau cemas memandang cuaca. menerka angin dingin dan gelap langit. menghitung titik titik hujan. sebagai rimis. sebagai rimis. menyapamu sore ini. 3. ternyata, gerimis mempercepat terang. mendung menghilang. langit benderang. gerimis yang segera habis membuatmu tak jadi meringis nangis. 3-4 agustus 2010

Tentang Kemerdekaan

ketika buku buku dilarang. ketika pemikiran dilarang. ketika suara suara kebenaran dilarang. ketika mimpi mimpi dilarang. maka puisiku akan memburumu! kalian tak akan pernah bisa memenjarakan manusia merdeka. kalian tak akan bisa melarang pemikiran merdeka. kalian tak akan bisa memasung kata kata merdeka! aku rayakan kemerdekaan dalam hati. aku rayakan kemerdekaan dalam pikiran. aku rayakan kemerdekaan dalam kata kata. aku rayakan kemerdekaan dalam tindakan. ya, karena aku manusia merdeka!

Senja dan Matahari yang Menyusun dirinya dalam Puisi

senja ini menyusun remangnya. ke dalam baris-baris puisi yang gelap. menyisakan cahaya matahari di jeda waktu yang lelah. mungkin keluh ingin disampaikan peluh pada tubuh. yang menggayuh matahari ke balik kelam. seperti ingin kau kabarkan tentang negeri-negeri jauh. negeri yang kau tandai dengan kata cinta. saat itu, mungkin ada senja yang bersenda. di matamu yang menanda: alamat kemana kau akan kembali. ingin kembali menyusun cahaya matahari. di dalam puisi. Malang, 5 Agustus 2010

Ketapang - Gilimanuk

ketapang dini hari. truk bus mobil mobil antre. orang orang tertidur. bermimpi. di dalam mimpinya mereka menulis puisi: ketapang dini hari. antre lama sekali. ketapang. kunang kunang cahaya di kejauhan. debur pelan ombak. o mimpi mimpi siapa dibangunkan. dinihari yang merayap. kapal kapal menyeberang. orang orang di dalam perut kapal. dan aku? menulis puisi di asin laut. di embun malam. yang menyeberang ke esok hari. gilimanuk. bersandarlah kapal. mesin mesin mobil dinyalakan. asap bikin asma kumat. pengap.

Aku Datang, Bali

(1) tabanan ombak putih putih menyeru pantai menyeru nyiur menyeru rerumputan menyeru pesawahan di subuh yang menetas menjelma pagi (2) jalan berkelok kelok. berkelokkelok jalan. naik turun naik turun naik. menanjak menikung menurun menikung. kehidupan. oi kehdupan. kubaca tanda di jalan raya. (3) hijau pesawahan. subak. hijau. subak. sawah. subak. mengalir air. subak. dari atas ke bawah. subak. mengalir adil. subak. hijau pesawahan. (4) denpasar. terik matahari. hidung mampet. penyair kehilangan kata kata yang sederhana. siang yang asing. menunggu kopi hitam. kendaraan tak menjemput juga. fesbuk tak pernah dipadamkan. jerit peluit tukang parkir. celoteh tak habis. aku ngantuk. (5) wangi bunga harum dupa. hantarkan doa doa. degung menggaung mencipta ruang renung. di panas udara. di silir angin. bergulung kenang. menyapa diriku

Legian-Kuta Malam Hari

kuta. hujan tiba tiba. turis kuyup di pelataran pertokoan. mengapa trotoar tanpa atap? katamu suatu ketika. mungkin karena pejalan suka hujan dan sengat matahari. seperti aku yang mencari matahari di malam hari. tiada lagi dirimu di situ. mengapa aku menjadi demikian asing. menziarahi kenangan. di kuta yang macet. dentum musik sepanjang jalan. hilir mudik turis. di mana engkau. di mana engkau. mengapa aku menjadi demikian asing. di sini Juli, 2010

Yang Berdiam dalam Handphone

buat: pring dan malna ada yang berdiam dalam handphone. dunia tanda tanda. menanda penanda petanda. dunia benda benda. bandwith modem pulsa fesbuk twitter google yahoo menyala sepanjang waktu. sepanjang waktu jagamu. ah, malna belum kuupload video itu. terlalu besar filenya.

Menyebarang Selat Bali

ke barat ke barat kita kejar matahari, katamu. diombangambing ombak. pusing kepalaku. nenek moyangku seorang pelaut, aku ingin bernyanyi sekeraskerasnya. setuwung mie instan hangat meluncur bebas ke dalam usus. angin berhembus. ombak bergoyang goyang. nenek moyangku, seorang pelaut! pusing kepalaku kucoba berdamai dengan hempas gelombang dan deru angin: ah, nenek moyangku, seorang pelaut!

Memandang Purnama Bulan

(1) purnama sempurna bulan. di langit. seorang penyair ragu puisi apalagi yang belum ditulis penyair lain atau mungkin dirinya sendiri tentang bulan yang purnama sempurna. (2) sebutir bulan. terang. semangkuk laut. pasang. sebutir bumi. biru. sepandang langit. tatap. seorang aku. Rindu

Hujan yang Kesekian

hujan yang kesekian. hujan yang kau simpan. diam diam. dalam puisi. saat mata ingin terpejam. hujan yang kau kira akan berdiam dalam puisi yang tentram, berubah menjadi kucuran air dari kran. diam diam membanjirkan puisi ke dalam kepalamu. diam diam.

Batu Kali

batu batu kali batu batu kali berapa tambah berapa diusung ke kota diusung jalan jalan diusung gedung gedung diusung rumahku rumahmu dikubur dalam tanah direkatkan dalam keinginan mengukuhkan batu batu di kepala batu

Di Tanah Lot

(1) di tanah lot. turis berfoto. aku berfoto. kita saling berfoto. tak kulihat lagi tikus yang masuk lobang. hanya kerumunan orang. tak kulihat kamu di situ. di tebing batu. di pasang laut. kemana gemetar dulu. yang menjadi kenang. dalam wingit dupa. dalam harum bunga. ke mana engkau, kenangku yang dulu, lot. (2) secangkir kopi tak bisa mencegahku untuk mengantuk. rimis membasah di aspal terminal. mendung cuaca. sekotak nasi. secangkir kopi yang tinggal ampas hitam. sebatang rokok menyala. dan kantuk yang tak mau menunggu.

Aku Hujankan Puisi

aku hujankan puisi di meja meja kantor penyair yang lupa dengan impiannya tertumpuk kuitansi dan berkas espeje aku hujankan puisi di segala waktu saat kata kata merindu diriku saat aku merindu mimpiku aku hujankan puisiku untukmu untukmu untukmu yang memendam kata-kata rindu

Aku Datang Ke Kotamu, Pontianak

(1) aku datang ke kotamu ibnu. kuingin menulis dan baca puisi di tepi kapuas. tapi tak kutemukan dirimu. engkau di mana kawan? kau bilang di pontianak ada pay. aku ingat pay, sajak sajaknya kubaca di cybersastra di waktu lalu. aku datang ke kotamu ibnu. aku ingin menulis dan baca puisi di situ. (2) memandang awan. putih. putih. putih. memandang kabut. putih. putih. putih. diguncangguncang. diguncangguncang. 30000 kaki di atas permukaan bumi. duh, gusti hanya kepadamu segalanya kembali. (3) katamu, ayo penyair,jangan lagi kau pesan rumput ilalang atau kenang. mari cicipi kepiting lada hitam, udang galah kecap, kakap bakar. mari…. menu menu berlocatan menjelma puisi (4) di puncak tugu. matahari. di puncak usia. matahari. di garis khatulistiwa. peta digaris. matahari. (5) cermin seribu bayang. kulihat masal alu. masa kini. masa depan. waktu membuatku terharu. memandang cermin seribu bayang. dimana kejayaan masalalu itu. pada berkas kertas di dinding. pada foto foto lama. ah kenang berduyu