Skip to main content

Posts

Showing posts from 2003

Reportase Ersa

pada mata yang terkatup, tak ada yang sempat dilaporkan. lewat reportase. tentang rentetan tembakan. juga asin darah keringat dan airmata yang tersia di setiap pertempuran. tapi mungkin sempat kau catat. dengan kalimat. teralamat pada segala hakikat.

Di Penghujung Tahun

di penghujung tahun. mungkin ada yang membaca. huruf dan angka. pada mata. semburat kembang api. atau redup mengelam dini hari. tapi mungkin ada yang menanda. gurat pada wajah. menua. usia tersia-sia atau tak ingin diingat lagi tentang segala kenang juga harap yang diucapkan perlahan. pada hiruk tiupan terompet. karena esok dan hari ini sama saja. tiada beda

Dan Kita Menghitung Waktu

pada titik-titik hujan dan embun di kaca jendela kita menghitung waktu. betapa cepat. hitungan usia. helai rambut memutih. sedang di seberang jalan kanak-kanak berlarian dan menari di bawah hujan. aku tatap diriku mengalir bersama air hujan. ke dalam gorong-gorong. waktu

Mungkin Engkau Ingin Menari di Bawah Hujan

mungkin engkau ingin menari di bawah hujan yang menderas di luar hingga lumpur menyipratnyiprat ke tubuhmu mungkin engkau ingin menari dengan gemulai tubuh dan hentak tak henti henti kaki dan kepala dan suaramu o suaramu menyeru penuh rindu bersaingan dengan geletar halilintar pekikan pedih perih ke langit kelabu

Mungkinkah Puisi

mungkinkah puisi akan membuatnya abadi. katamu sambil menulisi hari demi hari. tapi ia tak pernah membayangkan bahwa ia ingin abadi. karena waktu. karena waktu. katamu dan engkau ingin melukis tentang cahaya bulan yang jatuh di tuwung arak seperti lipo yang menulis puisi dalam mabuk dan sepinya di bawah purnama bulan mungkinkah puisimu akan abadi. katanya. sambil menghunjamkan sebilah pisau tajam ke jantung kiri.
Apa Yang Kau Cari apa yang kau cari, katanya sambil melempar bebatu ke kali yang jernih ---seperti airmata yang tiba-tiba mengucur dari bebatu di balik pepohon dan semak-semak yang ingin kau tadahi dengan jemarimu-- tapi sebaris kenangan tersangkut di bebatu yang lain. mungkin pertanyaan itu, tentang apa yang dia cari. engkau bertanya suatu ketika. kepada mereka yang merayakan kepedihan. dengan kata-kata. di sebuah gema. yang berulang juga.

Mungkin Engkau

mungkin engkau tak ingin lagi menulis puisi karena kata-kata selalu saja membocorkan rahasia yang coba kau simpan di palung terdalam dadamu mungkin engkau tak ingin melukai siapa pun dengan kata-katamu dan puisi berdiam berkecamuk di sunyi sendiri

Mungkin Engkau dan Hujan Itu

mungkin hujan yang datang sore itu dengan rimisnya yang lembut membuatmu teringat pada sebuah puisi atau sebuah wajah atau sebuah kenangan yang mungkin pernah ingin kau lupakan tapi sapaan demi sapaan (seperti saat itu engkau merasa rimis hujan menyapamu dan menanyakan kabar puisi) membuatmu teringat lagi dan engkau termangu pada sebuah puncak sunyi puncak bunyi puisi mungkin ada yang merindukanmu mungkin disampaikan lewat kata-kata pada kawat mungkin juga udara atau mimpimu tapi mungkin ingin kau ingin lupakan segalanya melupakan segala hiruk pikuk dunia yang membuatmu mual dan muak dan engkau termangu setiap kali puisi menyapamu

Di Beranda Engkau Membaca Puisi

: labibah zein Di beranda engkau membaca puisi dari mata kanak-kanak atau cahaya matahari yang tersangkut di rambut penyair. Di negeri jauh yang menanggungkan rindu dan mulai menulis tentang waktu yang berangkat ke arah senja. Mungkin tak ada yang sempat menanyakan tentang alamat ke mana akan kembali. Karena di mana pun adalah perjalalan untuk pulang. Sebagai seringkali ditelusuri jejak peta dengan airmata. Di mata kanak-kanak ingin kau temukan negeri itu. Di beranda engkau membaca puisi. Sebagai cahaya matahari senja tersangkut di rambutnya.

Sajak-sajak Untuk Hasan Aspahani

Mungkin Ada :h.a Mungkin ada yang mengendap. Di suatu malam. Saat rimis tiba. Menjengukmu. Saat engkau tertidur. Dan kata-kata itu tersusun. Dalam mimpimu. Tentang ia menjejakkan kakinya. Di tanah basah. Di halaman rumah. Mungkin ada yang menjengukmu. Di dalam mimpi. Saat engkau coba menyusun kata-kata. Seperti malam itu. Engkau demikian merasa ada yang melintas di tengah rimis. Mungkin ada yang menulis. Menyusun mimpi-mimpi. Di suatu malam. Setelah menjenguk ke dalam tidurmu. Mungkin engkau pun menulis suatu ketika. Tentang jejak di tanah basah. Tentang Aku yang menjengukmu. Di dalam puisi itu. Malang, Nopember 2003 Sebagai Kau Setiai Puisi :h.a Sebagai kau setiai kata-kata. Demikian penuh cinta. Kau coba menelusur kedalaman makna rahasia. Kegaiban puisi. Hantarkan bayang-bayang. Dari mimpimu. Pada saat entah. Mungkin rasa nyeri yang hendak kau bisikkan. Di setiap telinga. Atau berucap kepada dirimu sendiri. Demikian lirih. Demikian liris. Demikian samar. Serupa kabut tipis. Antara

Sajak-sajak Kesedihan

HANYA ENGKAU. HANYA Telah diserahterimakan. Seluruh nasib. Ke dalam genggaman. Biarlah segala menghambur. Menujumu. Sebagai serpih. Debu yang memburu. Menyeru ngilu. Demikian diri terlunta. Pada tatapmu. Tak berdaya diri. Tak Hanya engkau. Hanya. Menggelisahkan aku. Dengan sepenuh rahasia kehendak Dan aku? Terhisap ke dalam tubir. Gelegak. Lumpur api. Marahmu. Tak berdaya diri. Tak. Terlontar aku. Terjerembab. Dalam takut gundahku. Menatap wajahmu. Malang, Nopember 2003 MASIHKAH TERSIMPAN AIRMATA Masihkah tersisa airmata. Bagi kesedihanmu lain kali. Ataukah telah habis. Tinggal pias wajah dan niat bunuh diri. Yang telah coba kau lupakan. Yang telah coba kau singkirkan. Telah ditelusur peta demi peta. Perjalanan menemu cinta. Berbekal airmata. Berbekal keluh kesah. Tak pernah kau temui juga. Dimana cinta. Dimana. Masihkah tersisa airmata. Bagi kebahagiaanmu lain kali. Ataukah telah habis. Tinggal diri merutuki nasib sendiri. Sebagai habis harap. Dihisap rebak dada. Telah dilewati det

(MUNGKIN) INILAH PUISI

(MUNGKIN) INILAH PUISI Sebagai puisi Kata tak sanggup merangkumnya Malang, Nopember 2003 SURREALISME AIDAN Bubur kata-kata. Gelegak. Bergumpal darah digugurkan dari rahim. Waktu berkelonengan. Jam leleh. Salvador. Di mana ditemukan perempuan yang mencinta. Engahmu. Tapi para ibu berlari ke utara. Kau lecutkan api. Menggeletar jerit. Mimpi senggama. Aspal jalanan. Nyawa yang dihembus ke langit. Lihat aku bertanduk. Serumu. Sebagai kepahitan yang tersengal. Telur-telur meretak. Lendir. Seperti bau apak. Sperma yang membasi. Kebisuan. Tapi mungkin juga pekikan. Seperti bayang kematian. Bacakan kembali manifesto. Bacakan kembali. Rengekmu. Kegelapan membelit. Akar-akar sejarah. Juntaian peristiwa. Membentur kaca. Serpihan tajam memburu matahari. Ambyar. Byar. Angslup. Terhisap dalam gelegak bubur kata-kata. Sirna. Cuma. Sia. Malang, Nopember 2003 FRAGMEN POLLOCK Jemari menari di udara. Warna-warna menghambur. Muncrat. Meleleh. Abstraksi. Guratan kegelisahan. Lukisan tercipta dari kedala

UPACARA EROS

:randu & rano dan engkau menangis. karena cinta, katamu. mungkin eros, tepatnya. sebagai ledakan yang tak henti mengguncang dada. membuka segala rahasia semesta. dalam tarian: tawa dan luka. dan engkau menangis. menelusur baris-baris yang dikekalkan. mungkin dongeng dari masa lalu, lelaki yang ingin mengabadikan riwayat gelombang lautan. dan engkau menangis. dan kalian menangis. di detik yang senyap.

TAKWIL SAZANO

lalu kau kau berjalan mungkin berlari mungkin mengendap sambil menebar ribuan tanda mungkin serupa mimpi sebagai kebenaran pada terjemah yusuf dan ibrahim karena suatu ketika kau biarkan dirimu serupa kendi yang haus hendak akan air karena pengetahuan bemula dari mimpi mimpi yang dijelmakan mungkin dari dongeng sebelum tidur serupa bayang yang menghablur antara mitos dan nyata mungkin serupa setengah kekosongan mungkin serupa setengah keberadaan dan engkau merasakan diri adalah perempuan yang ingin meneguk embun dari bulan emas matahari intan permata dan belas kasih manusia tapi kau ingin menjadi pecinta berjalan mencari tuhannya dalam tubuh lelaki melintasi kata huruf yang berjejalan sebagai baris-baris yang dikekalkan pada sel-sel di lubuk jauh kesadaranmu yang utuh di palung terdalam rahasia waktu yang meleleh dan berhenti di titik diam. dirimu

KEKASIH YANG KURINDU

kekasih bagaimana harus kuungkapkan geletar rindu ini menemu cintamu seluruh sedang resah ini menggigilkanku karena sepertinya engkau menatapku demikian beku ke dalam lubuk dadaku o adakah yang lebih selain cintaku padamu kekasih engkau demikian pencemburu, memburuku dengan tatap matamu ke segala penjuru karena masih lalai diri o mula akhir cinta jangan kau pergi dari hidupku biar kunyalakan sepanjang waktu hingga di laut cahayamu cinta melarut bersatu: SATU. o engkau segala tuju inilah daku! inilah resahku! inilah gelisahku! sebagai tangis menyerumu penuh rindu menanti dekapmu merengkuh redakan tangis perih lukaku malang, nopember 2003

SAJAK YANG KESEPIAN

:ts pinang sebagai sajak yang kesepian ditinggalkan pergi puisi aku tinggalkan segala kenangan hingga kenangan menjadi sajak yang kesepian bukankah puisi adalah mula sepi mungkin juga nyeri yang kita cari ujarmu dengan sebilah kata yang ditusukan ke dalam jantung sunyi dan resah yang tak henti walau telah didayungkan membelah arus laut gelombang hingga dermaga hingga pelabuhan di mana cinta memanggilmu dimana kekasih menyambutmu tapi kau ingat lelaki tua itu yang ringkih dan penyakitan terus mengejek maut dan menolak daratan karena gelombang lebih memberi gairah kehidupan walau yang ada hanya sajak yang kesepian

YANG BERDIRI DI PERSIMPANGAN

buat: t & r tentukan pilihan itu! angin menyeru. walau kau tahu hidup adalah pilihan. tapi kau masih tetap meragu. gamang. bimbang. menimbang-nimbang. tentukan jalan kemana kau akan menuju! matahari menyeru. walau kau tahu hidup adalah pilihan. tapi kau masih menekuri masa lalu. dan melihat ke belakang melulu. tentukan saja! tentukan saja! burung-burung ikut menyeru. walau kau tahu. walau kau tahu. tapi kau tetap berdiam di persimpangan jalan itu.

YANG KEHILANGAN KATA-KATA

buat: dodi moyang kata-kata lenyap pada tatap o, masihkah penyair mencari kata untuk melukiskan wajah puisi yang dijumpa di puncak birahi cinta ekstase dipukau kemilau sebagai keindahan kata-kata lenyap lebur pada takjub memandang wajahnya yang tak terkata

TAPI AKU LELAKI YANG GIGIL SENDIRI

tapi aku lelaki yang gigil sendiri purnama lenyap di balik gerhana kekasih diri lenyap dalam gundah dada hingga kutanya bayang serupa diri: o usia ke mana disia? tapi aku lelaki yang gigil sendiri purnama tak terlacak oleh mata hati diri sembunyi dalam gelap kata-kata hingga kutanya bayang serupa diri: o usia sampaikah nanti pada hakiki di pekat gelap gerhana jiwa berhamburan piala: pecah! menyerpih menghambur menyeru dengan tangis lelaki yang gigil sendiri tak mengerti apa yang terjadi dalam diri malang, 3 oktober 2003

Dimana Puisi Kiranya

buat: datok kemala dimana puisi kiranya di dalam diri di luar diri atau di keluasan semesta aku menari di dalam sepi dan terasa puisi ikut menari bersamaku serupa rummi menari mendedahkan diwan dan rubaiyat dalam ekstase rindu dan mabuk kepayang cinta tapi o dimana puisi kiranya dimana telah diteguk berjuta kali anggur dari piala yang sama tapi tak kunjung usai nyeri mencari o jika tak ada di dalam diri kemana lagi kan dicari alamat untuk kembali

Tiga Bait tentang Puisi

1. aku rebah dalam lelah kata kata telah menyesatkanku jauh ke dalam rimba gelap puisi kemana kita kan pergi? diri sendiri terluka oleh tanya sendiri demikian nyeri 2. mungkin aku harus mulai melupakan puisi dan tak merindukannya lagi karena...... 3. puisi mungkin telah tak ingin dilahirkan lagi lewat jemariku biarlah karena kutahu ia hanya ilusi yang ingin abadi

PERINGATAN

jangan lagi membaca puisi nanti kau semakin tersesat jauh puisi lebih berbahaya dari candu lukanya lebih parah dari goresan belati jangan coba-coba membaca puisi apa lagi membaca tulisan ini sebagai puisi !

TIBA TIBA SAJA

tiba-tiba saja aku ingin merobek semua kertas yang pernah kusebut puisi, membakar dan menghanguskannya. hingga ia tiada. puisi yang tiada. amboi indahnya. puisi yang tiada. tiada yang puisi. (tapi pembunuhan itu gagal: puisi bangsat kapan kau mampus!) tiba-tiba saja. aku tak ingin peduli. dengan segala macam puisi. awas! kalau kau bilang ini puisi....

Upacara Pengap Dada

1. kupu-kupu robek sayap hinggap di lengkung alismu yang hitam saat hari mulai gelap, dikerjap mata harap demikian lindap. pengap 2. tak ada keteduhan bagi pengap jiwa telah ditandai dengan asin darah sebagai peta mula dan akhir airmata karena gelisah tak pernah takluk bahkan pada teduh matamu.....

Upacara Sepi

secelah kekosongan tinggal di pinggir halaman. juga jeda antara baris bait. dimana disinggahkan sunyi. namun gaduh juga yang bertalu. setelah lembar-lembar kosong terisi takdir sepi. mungkin telah ditera namaku di situ. juga waktu. saat berjumpa. saat terlunas segala rindu. menatap wajahnya yang cahaya. hingga lebur diri. dalam arus gelombang cahaya lautan cahaya cintanya semata. mungkin, biarlah sepi mencari bunyinya sendiri. karena kutahu telah dimainkannya denting dalam bening hening. dan diwarnainya malam dengan hitam lengang. hingga terasa setusuk sepi mememerihnyeri di dada kiri. di jantung hati. sepisau sepi menikam tikam hingga sampai puncak nyeri merindui kekasih diri. di kilau tajam sehunus sepi tak henti menghunjam ke dalam dada sendiri. o, demikian nyeri ini rindu. mencari dan mencari. ke mana kekasih diri sejati? ingin kutemu sejati. dimanakah engkau wahai kekasih diri. hingga kutemu sejati. cinta sejati. lunaskan nyeri rindu di hati yang ditikam sepi.

Upacara Amnesia

sepertinya aku telah melupakan warna-warna. apa warna untuk rindu apa warna untuk cinta? karena guruf-huruf berguguran dari ingatan tentang puisi yang digugurkan dari rahim waktu, karena tiada kekal kata tiada abadi segala yang diingin selama. tapi masih ingin kutulis seisak yang tersisa dari sobekan kenangan di lipatan yang tak terbaca, mungkin airmata. kutulis diam-diam, selagi amnesia, selagi terlupa, hingga berdenyar segala puisi, mungkin tentang kesedihan yang teramat dalam. hingga berlinang dongeng puteri duyung, atau bintang yang teramat biru, di matamu, karena di rembang senja ditawarkan segala bimbang segala gamang

Upacara Abu & Yang Meledak Dalam Dada

Upacara Abu Api yang dinyalakan telah mulai membakar. Lidahnya lebih tajam dari pedang. Amuknya lebih rongkah dari naga. Meliuk-liuk. Menjilati segala yang ada. Gemeretaknya melucuti keberanian. Menjadi keharuan. Mungkin pula ketakutan. Atau kecemasan. Karena biru hitam kuning merah menjela-jela. Dari wajah kusam. Dari mata yang meliar. Inilah api. Mengamuk di dalam diri. Merobohkan segala. O, diriku telah arang. Diriku telah abu. Ditiup angin ke segala penjuru. Menjelmalah burung-burung yang mencericit memekik menyeru namamu. Namamu. Yang Meledak Dalam Dada 1. ada yang meledak dalam dadaku mungkin bom waktu yang kusimpan telah sampai pada tiktaknya di detik nadir di titik akhir hingga puing puisi berserak menyerpih menjadi puing menjadi abu menjadi debu 2. dijalin kabel dan mesiu dalam dada agar hilang nyeri tak henti menusuki jantung hati dunia yang kehilangan nurani kehilangan cinta sejati diri nyeri diri hingga geletar menjelma gelegar hingga tumpas segala nyeri merindu yang

Puisi Tentang Puisi Berbicara Tentang Puisi Juga

Bahkan bahkan aku tak ingin menjadi huruf, karena huruf masih mengingatkanku pada puisi, bahkan... lalu ingin kututup buku catatanku, kurekat dengan isolatip, agar tak kukenang lagi, huruf-huruf itu yang merayu dengan matanya yang meredup sayu, bahkan... jangan sebut aku penyair, karena aku hanya debu, yang menghampiri telapak kaki-Mu Mungkin ini mungkin bukan puisi sayang, karena ia telah kupenjarakan dalam angka-angka rahasia, setelah tak mungkin lagi aku membunuhnya. tak mungkin lagi. karena ia sebagai lazarus yang terus bangkit dan bangkit dari balik kubur. maka kukunci saja ia dalam lorong rahasia. walau aku kerap merindukannya. ini mungkin bukan puisi sayang, mungkin bukan, bukan mungkin, bukan bukan, puisi mungkin, bukan mungkin, bukan? mungkin... Puisi yang Kubunuh Itu puisi yang kubunuh itu suatu ketika mendatangiku ia menyeringai dengan gigi yang tajam memburuku di tangannya yang berlaksa jumlahnya tergenggam gergaji, palu, kapak, celurit, m 16, belati, granat, dll

Hujan di Dalam Puisi

sebagai kenangmu pada daun daun jatuh di pelataran dan hujan yang mengingatkan pada airmata mungkin sebagai ketulusan yang mengalir menyiram ranggas rerumputan adalah aku yang menulis puisi sebagai patahan-patahan yang menyilang dalam dada sesak tak bertanda baca karena rindu tak terucap dengan kata-kata mungkin juga cinta yang tak tereja bahkan dalam puisi yang demikian sederhana demikian bersehaja tentang hujan yang diam-diam membasah di sebuah siang di musim kemarau mungkin karena demikianlah cinta mengalir menyiram ranggas rerumputan dalam dada...

Anak Anak Yang Melolong Di Malam Kelam

anak anak yang menangis dan melolong di malam kelam adalah kanak kanakmu yang tak bisa tidur sebelum menghisap bau aica aibon hingga rasa nyeri dan mimpi buruk lenyap melesat sebagai bintang yang berpendar pendar di langit tinggi sebagai harapnya yang tak pernah sampai dalam jerit desah lagu dalam serak suara dan kecrek tutup botol di bis yang pengap di kotamu yang pengap dan tak berbelas kasihan...

Membunuh Puisi

serombongan orang berbaju hitam mengiringkan pemakaman puisi yang telah kubunuh di puncak malam yang kelam yang hitam di ulu hatinya kutikam demikian dalam hingga darah membuncah hingga matanya mendelik hingga tinggal aduh hingga tinggal kulihat wajah puisi pucat pasi tak lagi berdarah karena darahnya membasah di seluruh lantai membasah meluap hingga membanjir ke jalan jalan dan orang orang berteriak gembira karena puisi telah mati di tanganku pembunuh yang kesepian dan telah kesal dengan puisi yang seperti kutuk terus mengiang di telinga terus menghantu di dalam kepala dan menyuruhku mendorongnya ke sebuah bukit dan menggulirkannya lagi seperti sebuah esei tentang peristiwa bunuh diri yang bilang sisipus bahagia dan kubunuh saja puisi karena ia rupanya bahagia

Sampai di Titik Ini

Sampai di titik ini sampai Di detik yang terus melaju Tak henti Sepanjang usia direntang Makna apa yang tereja Tak henti Membusur bayang-bayang Mungkin maut yang mengendap Tak henti Di lubuk rindu tatap matamu Lamat menyapa pada ingatan Tak henti Berjalan ke arah senja Hingga sampai di garis gelap terang Tak henti Mengeram nyeri dalam dada Karena rindu kembali rindu Tak henti Hingga kau sambut aku Dengan peluk Di hariba Cintamu Depok, 8-10 Juli 2003

SEPI JUGA KIRANYA

: h.a 1. sepi juga kiranya hadir dalam puisi berdiam membisu pada huruf yang kehilangan bunyi hingga kata-kata gugur dari rahim waktu karena sunyi kiranya.... 2. di dalam sunyi menetas puisi mencericip mencari mula kata di mana akhir kata dimana karena sepi gigilkanku dalam beku waktu

Puisi Untuk Kawan Seperjalanan

33 PLANET 33 MATAHARI 33 GALAKSI : njibs 33 planet 33 matahari 33 galaksi ingin kugambar di hari ini sebagai ingatan tentang ketulusan cinta dan rindu yang mungkin mulai dilupakan karena ombak badai menerpa hari-hari hingga tak sempat dialamatkan padaku huruf-huruf yang kubaca sebagai puisi tapi ingin kulukis 33 planet 33 matahari 33 galaksi yang berputaran dalam semesta sebagai tanda aku mengingat sebuah ketulusan yang kusimpan di relung terdalam di dadaku DI PERSIMPANGAN JALAN :hl 1. tapi mungkin engkau telah dikutuk menjadi orang yang sunyi memandang debu menumpuk di sudut dengan udara dingin dan dendam yang mengabukan bangunan dalam dada karena o tak kau pahami isyarat yang kusampaikan dengan demikian getir lewat sorot mata dan kibaran bendera yang sobek sobek diterpa angin ah engkau demikian keras kepala. dan kita bersimpang jalan sampai di sini... 2. di sepanjang jalan di temaram lampu di dingin malam di sebuah percakapan yang menyimpan pedih masa lalu tentang badai dan salju di

bagaimanakah membaca isyarat-Mu

allah, bagaimanakah kudapat membaca isyarat dari alir darah dan desing peluru allah, aku terhuyung dalam tanya dan gemetar membaca peristiwa allah, aku teringat ucap malaikat di saat adam akan dibuat : "mengapa engkau akan mencipta makhluk yang akan berbunuh-bunuh dan membuat kerusakan di muka bumi." allah, bagaimanakah kudapat membaca isyarat hingga sampai pada jawab rahasiamu

Sulur Sulur Waktu

: ibnu hs sulur sulur waktu yang merambat di usia kita tumbuh sebagai kenangan yang menjalar di lelangit rindu sehingga kata sepertinya menjadikan abadi segala yang fana padahal mimpi yang datang menyelinap dari kedalaman laut rahasia mendenyarkan isyarat tentang maut yang demikian telengas sehingga terciptalah puisi yang sepi menjadi yatim menjadi piatu menjadi kata-kata yang menolak kehendak dan kepastian walau tahu segala tak abadi tapi ia menuliskannya seakan abadi

Sketsa Tentang Kerinduan

: rull nh tapi dibangunnya dunia dengan mimpi seperti diangannya cinta demikian platonik sebagai jarak yang menebalkan rindu hingga beterjunan derai tangis dari tebing tebing pipi mencurah deras menerjang terjal batu batu juga karang dimana kau coba menatah nama sebagai tanda bahwa ada yang pernah merindu pernah ada yang tulus mencinta di deretan huruf- huruf di rentang masa di titik usia

Karnaval Patung di Depan Stasiun Malang

: ki bedjo mungkin pernah kau bayangkan patung di depan stasiun itu bergerak seperti arak-arakan karnaval kenangan di masa kecil dengan genderang dan letusan karbit dari bumbung bambu dan wajah yang dicoret-coret merah putih yang meleleh dari dahi ke leher ke dada seperti juga mungkin kau bayangkan dirimu yang menunggang kuda itu diponegoro atau sudirman yang kau tatap penuh kekaguman di bundaran di terik matahari dengan mata kanakmu yang membayangkan mereka bergerak berarak dalam iring-iringan itu...

BERMAIN KATA BERMAIN MAIN

BERMAIN KATA BERMAIN MAIN dari atas genteng kulihat hari demikian genting orang orang berteriak gantung kepada pengkhianat yang menggunting di dalam lipatan seperti gaung pekik di dalam gentong kosong hari demikian panas mungkin kerbau kerbau akan pergi berkubang tapi aku duduk saja di atas bangku ingin membuat sajak berkabung mungkin tentang bunga bakung tapi kepalaku terasa kosong seperti kelapa yang terkena hama karena merasa petaka betapa menyiksa cobalah hitung hutang kita seperti kuda yang duka bermain dadu seperti duda ditinggal lari bini dan mengoceh mungkin hantu mungkin tuhan hingga kaki terasa kaku karena kuku membiru ngilu mata meneteskan perih amat pedih hingga teringat mati ah, kata jadi gado gado campur menggoda-goda lelaki sendiri di kota yang riuh dengan otak bebal berdiam seperti katak dalam kotak menerima kutuk sebagai puisi yang diketik disela kotek ayam dan kenangan yang membuat tak berkutik karena noda diri merasa dina di deru suara adzan dan darah mend

4 Sajak (Puisi) Lama Bagus Indah Keren

ENGKAU YANG TAKUT MEMBACA ISYARAT engkau demikian takut membaca isyarat. tapi kemestian akan tiba juga. walau kau tolak. walau kau kata tak hendak. karena hati yang tak sepenuh niat. menggamangkan langkah. memutar dirimu memutar mutar. dalam lingkaran memusar. di peta labirin tanya jawabmu sendiri. o, engkau yang menyimpan dendam amarah dan rindu cinta di hati. ke mana kau akan pergi. menuju inginmu sendiri. di peta mimpimu sendiri. atau di rajah nasibmu sendiri. ENGKAU DAN SEBUAH KEBUN di taman itu kebun yang dirawatnya sendiri dengan tangannya ditanam pengetahuan yang menggoda dirimu memakan buahnya hingga berlepasan pakaian cahaya dari tubuh dan kau pergi dari taman itu dengan sesal di hati dengan duka di hati karena terusir ke goda demi goda lalu engkau mengembara pada kata kata yang diajarkannya suatu ketika rahasia semesta juga tentang darah yang ngalir dari kanak-kanakmu juga air bah yang melanda negeri negeri para pendosa karena telah dilupa oleh goda musuhmu yang nyata yang m

Antologi Puisi Nanang Suryadi Terbaik Indonesia Update

KARENA DIKSI sebagai petapeta yang dilukis menghamburkan jejak lama dari riwayat sebuah ingatan hingga waktu merapat ke titik nol sampai dentingnya yang menggaung menjadi senyap lenyap dalam sajak tak selesai karena huruf membisu dalam rahim pertapaan menumbuh tumbuh dalam diam dalam sunyi memandang diri semakin asing pada rambu rambu di jalanan pada buku buku dan kitab suci layaknya puisi aneh yang ditulis dari arus deras mimpi mengamuk tak tahu mau meloncatloncat tak tahu ingin menarinari tak tahu hendak bolak balik kata berbolak balik menemu kembali kata yang sama mengulang ulang baiklah siapkan saja pena deret leburkan kata bergumulah dalam frasa bersetubuhlah dalam kalimat baris dan bait sajak menelusur hingga mula, karena jadi maka jadilah: karena rona karena warna karena nuansa karena biru karena hitam karena jingga karena waktu karena senja karena petang karena malam karena fajar karena detik karena jam karena hari karena minggu karena bulan karena musim karena tahu

PENAT

demikian penat membilur hari hari lelah lungkrah tak berdaya diri tak tegar diri goyah lemah melayang layang mengawang awang langkah menggamang gamang o mengapa diri mengapa tak napak jejak tegak menapak tapak di bumi sendiri tak gamang menggoda goda tak ragu mengganggu ganggu o diri ke mana akan pergi dimana niat ditancap dengan sepenuh hati sepenuh itikad diri menempuh tempuh jejalan bebatu terjal mendaki menaik turun lembah gegunung ngarai curam o diri menjejak riwayat menelusur akar hingga ke inti di sunyi sendiri di gelisah sendiri di amuk sendiri di pekik sendiri di gumam sendiri di maki sendiri di rindu sendiri di geram sendiri di amarah sendiri di bisik sendiri di diam sendiri meledak ledak dalam dada sendiri meruah magma meruah lava meruah mengalir alir ke engkau engkau engkau o mula mula o akhir segala mula mula segala akhir tak bermula tak berakhir melingkar lingkar rahasia tanya jawab melingkar lingkar jawab tanya rahasia melingkar lingkar o mampus diri diregang sekarat me

KABUT

kabut menari nari di mata matahari menari nari kabut melindap lindapkan cahaya ke gelap terang hari di batas batas mimpi mimpi sendiri di batas batas lelaku sendiri sebagai sepi merajam rajam diri merajam tikam hingga luka diri berdarah diri melolong nyeri melolong tak henti ke langit tak bertepi membilang duka membilang suka membilang bilang o siapa bertahta dalam diri siapa mengujar dalam diri memaki maki menyumpah sumpah serapah ke segala arah tak ditemu apa tak ditemu mengapa tak ditemu sebab tak ditemu kata tak ditemu kalimat tak ditemu makna tak ditemu hakikat tak ditemu karena tak ditemu arti kabut menari nari di mata hari hari menggelinjang meronta ronta memuntah puntah gelegak dipusar arus di dalam palung rahasia segelap mata matahari menari kabut di matanya Depok, 13 April 2003

Contoh Puisi Imaji

IMAJI dia seorang perempuan "karena ia adalah imaji. sebagai ilusi. yang telah memabukanku. maka kuterima bayang-bayangnya menyetubuhi diriku." dia seorang perempuan "karena demikian indah kenangan itu. walau tak sampai. walau. maka aku tolak saja segala kenyataan. yang tak seindah imaji. ilusi yang memabukanku hingga kini." dia seorang perempuan "karena ia adalah imaji. sebagai ilusi. yang telah memabukanku. maka akan kuusir ia. jika datang sebagai daging segar lelaki!" dia seorang perempuan di imaji lelaki PENGEMBARA MALAM : heriansyah latief pengembara malam penggembala angin pejalan sunyi merindu cinta di dekap rembulan yang sempurna cahayanya disebutnya sebuah nama nama yang melintas di lintas hidupnya o kenangan o harapan o kenyataan o menikam dadamu hingga darah hingga jadi debu yang diterbangkan angin di sampaikan ke dalam dadanya sebagai rindumu sebagai cintamu sebagai dirimu yang menyelinap dalam jantung hatinya yang darah

Contoh Puisi Peduli Lingkungan Hidup

TAK LAGI KULIHAT KUNANG-KUNANG tak lagi kulihat kunang-kunang terbang di malam hari berkedip-kedip seperti dalam malam kanak-kanakku dulu tak lagi kulihat kunang-kunang di kota yang penuh polusi ini orang-orang bilang padaku waktu itu kunang-kunang menjelma dari kuku orang-orang mati yang di kubur di makam di dekat ladang belakang rumahku kunang-kunang beterbangan dalam puisi hasan aspahani, mungkin sheila suatu ketika bertanya: abah, apa itu kunang-kunang? tapi batam bukan kampung halaman di pedalamanan depok, 2003

Sajak Untuk Kawan

PESAN DEBU KEPADAMU debu. sebagai pesan yang dihantarkan angin kepadamu: "masih kau simpan rindu itu?" mungkin waktu menguji jawabmu KABAR DARI PERBATASAN di perbatasan bayangkan aku harus berdiri sepanjang hari mengawasi agar mereka mengerti bahwa aku menjaga cinta di hati aku harus di sini, di perbatasan ini karena masih kulihat sekam sekam membara membakar diri diri mereka sendiri KARENA TANGANNYA MEMERCIKKAN API kembali kau hitung lembar demi lembar rambut yang mulai memutih apakah kau temukan di situ riwayat derita hingga kau temukan mimpi yang dipecahkan dalam semalam pada matamu yang mencekung pada wajahmu yang semakin tirus kurus karena neraka yang menjelajela dalam dada menghanguskan segala harap yang ditumbuhkan sebagai bunga yang kau siram dan kau bermimpi untuk tumbuh tapi api yang dipercikkan tangannya ke dalam dadamu menyalakan neraka yang menghanguskan segala rindu cintamu hingga LORONG RAHASIA kau sibaksibak rahasia di padangpadang datar di semaksemak rerumpu

KALUT KEMELUT

:ben abel adalah manusia bicara pada laut karena kalut kemelut tak habis-habis terus berlanjut semacam serial rambo semacam serial james bond semacam serial opera sabun sinetron film bollywood yang memutarmutar tarian di tengah tangis dan tawa yang tak berhenti diputar untuk mengusir rasa sepi karena kalut kemelut di mana ujungnya di mana akhirnya menalinali sekujur tubuh riwayat manusia hingga disebutnya segala hantu karena paranoid yang mengendapngendap di balik sewangi minyak di tengah gurun dicemaskan masa depan dicemaskan kalut kemelut akan terus berlanjut seperti dikabarkan engkau pada laut sejuta takut!

Contoh Puisi Untuk Sahabat

SEPERTI KESUNYIAN rukmi wisnu wardani & anggoro saronto seperti kesunyian yang kutemukan di sela sela puisi juga di mata yang menatap udara malam dan kepul asap rokok terburai dari bibirmu: o terbanglah gundah terbanglah gelisah terbanglah hingga sampai rinduku padanya hingga sampai cintaku padanya hingga sampai menyapa di negeri yang jauh menyapamu dengan sunyiku sendiri kini

Contoh Sajak Demikian Mencinta

YA KARENA ENGKAU DEMIKIAN MENCINTA : rukmi wisnu wardani karena engkau demikian mencinta maka akan dipersembahkan segala hingga ia menyambutnya hingga ia membalasnya membalas cinta yang kau persembahkan dengan segala penuh rindu pada piala-piala persembahan di tahta cintanya

Puisi Untuk Cunong Nunuk Suraja, Sahabat Penyair

TAFAKUR :cunong nunuk suraja dalam tafakur masih tak henti henti gelisah diri hantam-hantamkan ombaknya ke karang jiwa tak henti aku menggerung meneriaki cakrawala hingga habis suara hingga lelah hingga tinggal kosong pasrah menyerah di arus waktunya! SELAMAT PAGI JUGA :cunong nunuk suraja selamat pagi, kataku pada matahari, sepenggalah tingginya. SELAMAT SIANG JUGA :cunong nunuk suraja selamat siang, kataku pada matahari, tapi ia sembunyi di balik awan hitam SELAMAT PAGI JUGA OOM CUNONG selamat pagi juga oom, mari kutemani, kata hujan membasah di rambut dan celana-baju

Puisi Untuk Sahabat Penyair, Hasan Aspahani dan Ibnu HS

Rumah Pasir : hasan aspahani dan ibnu hs tapi ia membangun rumah menulis namanya di tubuhku, kata pasir tapi aku cemburu, kata ombak ya ya aku juga benci dia, kata angin badai ikut menyela lalu dirobohkannya rumah pasir dengan deru anginnya di atas pasir dicoretkan kembali namamu di atas pantai dibangun kembali istana pasir mimpimu walau berulang ombak dan angin bersekutu menghapus dan meruntuhkan rindu dan cinta itu tetap untukmu

Sebagai Kanvas

: cecil mariani sebagai kanvas yang merindu lukisan kuas dari jejemari masalalu menggambar rona merah pipi atau sebagai cinta yang terselip di bait- bait puisi ingatan tak pudar ingatan tak pudar bayang hingga...

Mengapa Sunyi Juga

: randu anastasia mengapa sunyi juga yang kutemukan di mata seperti lorong-lorong dalam mimpi penuh keghaiban riwayat mungkin sebentuk cinta atau rindu yang hilang alamat di jejak kenangan yang lamat di mana kau gurat nama di dalam dadamu atau di dalam waktu atau di pasir-pasir yang digoda ombak dengan deburnya yang tak henti-henti hingga lelah jiwa hingga

Puisi Untuk Sahabat Cecil Mariani

TENGGAT : cecil mariani aku lihat engkau di tenggat waktu menumpuk segala kesibukan di batas waktu mengejar segala entah mimpi o, bayang-bayang yang melukis kaca jendela penanggalan yang tak berhenti berhamburan ke dalam dada ruang kosong mungkin selintas bayang selalu terbang dari asap rokok sebuah harap, atau mungkin kenangan dari masa lalu yang lindap wajahnya bikin cemburu waktu yang mengabadikan segala yang fana dalam kata-kata sebagai dilukisnya wajahmu pada guci abadi sebagai puisi

Puisi Untuk Sahabat Gola Gong dan Toto ST Radik

KEGHAIBAN PUISI MENGHANTARKANKU keghaiban puisi menghantarkanku ke dalam mimpi-mimpi di mana golok-golok teracung terhunus menyilang di depan dada mengancam dengan seribu curiga o inikah negeri dimana kekerasan telah menjadi kebiasaan dan hukum takluk pada keberingasan hingga kewarasan disulap menjadi keedanan keghaiban puisi menghantarkanku ke dalam mimpi-mimpi di mana api menjela-jela dari tubuh di jalanan yang dihajar beramai-ramai dengan pukulan tendangan hantaman dan siraman bensin kemudian api yang menghanguskan o inikah negeri dimana kekerasan telah menjadi kebiasaan dan hukum takluk pada keberingasan keghaiban puisi menghantarkanku ke dalam mimpi-mimpi…. ah, jangan lagi! jangan lagi, igauku (aku terbangun dari mimpi dengan keringat mengucur dari tubuhku) Depok, 10 Maret 2003 MEMBACA RIWAYAT DIRI : gola gong dan toto st radik di mana kan kutemukan riwayat diri seperti engkau yang mencari di segala negeri hingga negeri yang terjauh tapi diri ternyata di rumah sendiri di negeri

Contoh Kumpulan Puisi Untuk Kawan

SEPERTI KEKOSONGAN seperti kekosongan di kartu kartu nasib balak kosong katamu membuat iringiringan kematian di jejalalur waktu kartukartu dideretkan seperti kereta yang menunggu perhentiannya sendiri di stasiun engkau menunggu entah melambai dengan tangis yang tersimpan diam diam menghitung jarak dan peluit yang diberangkatkan lewat kartukartu yang dikocok membunuh sepi karena peruntungan diramalkan lewat gelisah yang memasuki mimpi di kala tidur dan jagamu dengan penuh erang mungkin gairah yang mengendap dari masa lalu yang dilukis orang ramai dengan warnawarna kanakkanak yang melepaskan balon di tengah pasar atau memberi makan ikan dengan belalang yang kau tatap berlepasan dari jemari mungilmu belalang yang terbang dan hinggap di kurung burung dipatuk kutilang yang berbunyi tujuh kali perkutut berbunyi kungkongnya di bawah sinar matahari yang demikian takjub kau pandang dengan tatap kosong di kartu nasibmu AKU TAK TAHU aku tak tahu ia telah menjadi seekor anjing gila padahal yang k

Contoh Puisi Untuk Kado Pernikahan

KASIDAH PERNIKAHAN ada yang meneguhkan syahadah di jalan kehidupan menggenapkan hitungan dari separuh ruh yang pernah menyaksi di saat entah di tempat entah hingga bersetubuhlah jiwa cahaya pada muara lautan cahaya berlinanglah airmata cahaya berlinanglah hingga menerang terang cahaya menerangi semesta dalam dadamu yang berseru memanggil manggil penuh rindu dan cinta yang mencahaya dari matamu yang cahaya sekepak kupu-kupu cahaya beterbangan mengepak ke langit cahaya ke puncak pekik ekstase cahaya!

Contoh Puisi untuk Teman

Narasi Untuk Orang Sakit buat: hudan hidayat terbanglah terbang segala mambang segala peri melintasi rembang petang mengajakmu menari dalam perih nyeri kata menelusur ke gelap pengap mimpi malam hari karena gelisahmu adalah hantu imaji yang memburu hingga ambang hingga melintas di tapal batas diri alam racau mabuk memekikkan rasa bosan dengan gemetar suara parau seamuk api membakarbakar reranting riwayat dimana segala mula segala dosa katamu bertanya dengan huruf yang memar biru lebam dalam catatan hari yang menggila sepi seperti tangantangan maut yang menjulur ke arahmu dengan mata membeliak mendelik dan hardik penuh gelagar halilintar dan pecut kilat api membelahbelah anganmu bebuahan dari sorga tumbuh bercahaya di dada perempuan yang menyimpan rahasia dalam sunyi goa hingga para pecinta menemu peta menelusur gunung lembah padang ilalang menemui sumber mata air rahasia derita bahagia yang mengalir di aorta nadi darahmu seperti airmata yang diteteskan menelusur ke muara laut rindu cin

Contoh Puisi Rindu Kepada Tuhan

Menderaslah! menderaslah menderas impian sebagai kenangan di sungai-sungai rinduku di laut gelombang hempas-hempas lelayar mengarah tuju hingga lunas segala pinta segala ujar ke dalam arung tak berbatas tepi. inilah derita yang ditawarkan lewati ambang hidup mati di sekarat maut sebagai gelisah mencari dan menemu. wajahmu! wajahmu! melindap-lindap dalam harap. buruan tatap. bayang menghilang bayang membayang kenang berdentang-dentang. di sunyi diri di hiruk pikuk hibuk diri sendiri. gemuruh dalam dada. debar di jejantung. mendegup-degup. menyeru seru. memanggilmu sepenuh rindu! 12 Januari 2003

Contoh Puisi Reformasi

KETIKA KAU SAKITI LAGI HATI KAMI Ketika para penggarong uang negara yang telah menghabiskan pundi-pundi lumbung anak negeri kau ampuni. Maka engkau telah menyakiti hati kami untuk kesekian kali. Tapi kau tak pernah menyadari. Kau sakiti lagi. Dan lagi. Dan lagi. “Kalian aku ampuni. Diucapkan terima kasih atas kesadaran untuk membayar hutang ke pundi-pundi lumbung anak negeri. Kalian memang pahlawan sejati. Tahu diri. Mengerti kesulitan negeri ini.” Tapi itu saja tak cukup. Kita harus membayar hutang kembali. Ke negeri para gergasi. Karena pundi-pundi lumbung anak negeri telah habis, di pesta pora tikus berdasi.Kau tak tahu lagi langkah untuk mengisi kembali. Lalu: naikkan harga! naikkan harga! “Tarif naik saudara-saudara! Jangan boroskan pemakaian listrik, telpon, dan minyak! Jadilah rakyat yang bijak. Prihatin akan keadaan negeri yang sedang kehabisan pundi-pundi…” Tapi, sungguhkah kau tahu: listrik, telpon dan minyak yang kau naikkan harganya, menjadi bola bilyard yang kau sodok, m

Kumpulan Puisi Untuk Kekasih

Kekasih! (1) Kekasih, tiba-tiba aku merasa hidupku sia-sia, sebagai pecundang yang lari dari medan perang, sembunyi dalam dengkur mimpi, berlari dari kemestian yang harus dihadapi (2) Kekasih, apa yang kucari di dunia ini? Karena engkaulah segala mula engkaulah segala tuju. Tapi aku terpelanting dalam goda dan rayu. Seperti moyangku dahulu! (3) Kekasih, demikian gaduh dalam dada dan kepalaku, ditabuh segala peristiwa ramai, hingga aku mengaduh. Menyeru namamu berulang kali. (4) Kekasih, aku demikian letih. Di mana cahaya matamu? (5) Kekasih, masihkah ada harap untuk menemu senyummu. Sedang terus berlari aku, dengan segala khianat dan pembohongan atas diri sendiri. Hendak menipu tatapmu, yang menusuk relung hati! (6) Kekasih, aku berlari dari kemelut dan maut. Sedang kutahu, di tangannya ada kunci pembuka pintu. Menemu dirimu. Tapi aku masih takut menemu cintaku. Menemu dirimu. Dengan segala malu pengkhianatan melulu. (7) Kekasih, kekasih, jangan tinggalkan aku sendiri. Aku

Puisi Mencakar Wajahmu Dengan Kuku Jemarinya Yang Lentik

puisi yang diam-diam ingin kau tulis mencakar wajahmu. dengan kukunya yang tajam. dan kau menulisnya sebagai kepedihan. inilah puisi, katamu, sambil membayangkan kuku di jemarinya yang lentik. dan menyisakan perih di wajahmu. puisi yang kau kira sebagai kucing manis. berbulu lembut halus. ingin kau timang-timang dalam untaian kata di dalam sajak-sajak. yang ingin kau tulis di sebuah senja yang indah. saat matahari menyemburatkan warna jingga di langit. tapi tak kau tahu siapa puisi. karena kau terbius oleh mabuk kagum.dengan debar di dada. peperti debur perlahan gelombang di pantai-pantai landai berpasir putih gemerlap tertimpa cahaya. di pantai mimpimu. dengan harap untuk dapat mengetahui segala rahasianya. kelembutannya. sebagai kedamaian yang hadir dalam hatimu. sebagai ekstase yang menuntaskan segala birahi. membuat hidup jadi demikian gairah. menyala terang seterang purnama bulan. maka kau ingin mengabadikan puisi dalam huruf-huruf, kata-kata, frasa, kalimat, bait, sajak… seba

Kapak Merah Puisi Berdarah

diacung kapak digedor-gedor pintumu belah-belah kepalamu berdarahlah puisi berdarahlah dalam alir nadi tubuhku kata-kata dalam sumsum otakku "habisi saja masa lalu juga segala yang bernama dosa" lihatlah tari itu dalam genang, o, sang pemberontak, dalam tikam dalam dendam dalam kelam dalam geram "mampuslah! mampuslah! segala yang bernama kelemahan!" tak bermata hati hatimu membatubatu karena segala tegar adalah dirimukah segala pasti tak ada demikiankah "demikian, aku mencium darah puisi begitu harum rasanya"

Tak Sampai Engkau

:scb telah sampaikah engkau pada titik dimana rindu tak ada di mana puncak segala puncak tergapai. siapa paling besar di antara paling besar. engkaukah? mengekeh dalam luka tak sampai rindumu. cuma gerutu konyol dan kelakar liar. karena tak sampai pada rindu. tak sampai engkau. ah, kutahu, demikian pedih hatimu, dan teriak: pukimak! demikian, kau?

Sepanjang Jalan Indonesia

"sepanjang jalan indonesia, buku-buku terbakar, wartawan terbunuh, tentara terbunuh, mahasiswa terbunuh, orang-orang terbunuh, sia-sia" sia-sia? tak kau tahu siapa yang menurunkan siapa, siapa menaikan siapa. jangan macam-macam bicara. kambing hitam kau namanya. "sepanjang jalan indonesia, sepanjang sejarah hitam, sepanjang darah tercecer. catatkan namamu pada halaman-halaman yang terlipat..." siapa melipat? jangan bicara tanpa fakta. provokator kamu! "sepanjang jalan indonesia, dihadang kapak merah, dihadang preman politik, di hadang calo kekuasaan..." matamu! sini tak hajar! kamu tahu siapa di belakangku? hitung. berani ngomong lagi? aku bakar rumahmu. aku... prek! "sepanjang jalan indonesia, sepanjang sunyi, puisi-puisi sepi..." nah, begitu! baru puisi!

Contoh Puisi Keinginan Menulis Puisi Rindu

Ingin Kutulis Untukmu Ingin kutulis sajak untukmu. Mungkin ucap rindu. Tapi kekasihku, tak kutemukan kata itu. Kucari ia dalam buku-buku. Tak juga ketemu. Kurobek buku-buku. Kulempar semauku. Beri aku kata! Tak ada yang memberi kata itu. Tak ada yang memberi tahu di mana kata itu. Aku menjadi marah. Kuhancurkan rumah-rumah. Kuhancurkan segala yang ada. Beri aku kata! Kesunyian seperti biasanya, mencoba menghiburku. Tapi tak diserunya kata itu. Beri aku kata! Kubunuh kesunyian. Karena ia membisu. Tak tahu ku rindu. Beri aku kata! Demikialah kekasihku, tak kutemukan kata itu. Mungkin kau memang tak memerlukan juga kata itu.

Beri Aku Kesunyian

beri aku kesunyian, demikian bising udara, o, sorot matamu demikian nyala, siapa membakar dinding kota? seorang pecinta memimpi sunyi memimpi cintanya yang sunyi memimpi sunyinya sendiri memimpi mimpi berikan aku kesunyian, demikian pengap itu benci, o, sorot matamu demikian bakar, siapa menyalakan di dinding kota seorang pecinta memimpi embun memimpi embunnya yang sunyi memimpi sunyinya sendiri mengembun embun : beri aku kesunyian!

Siapa Sampai Pada Ucap

siapa menolak siapa siapa menerima siapa siapa mengaku siapa siapa mengiya siapa ah mengapa diterima segala bukan engkau ah mengapa ditolak engkau sesungguhnya gemetar tursina gemetar golgota gemetar hira kau maha rahasia kau maha rahasia siapa mengeja siapa siapa menafsir siapa siapa membaca siapa siapa merahasia siapa siapa mencanda siapa ah mengapa dicintacinta segala bukan engkau ah mengapa dibencibenci engkau sesungguhnya gemetar aku gemetar sampaikah ucap pada tolak segala yang bukan engkau sampaikah ucap pada terima: hanya engkau! sampaikah...

Hendak

rasakan dengan mata hatimu inikah yang terangan dalam benakmu kedalaman palung inginmu di mana segala ucap tak sampai begitukah inginmu menyelam dalam tak usai-usai menerjemah kehendak sorot mata menghamburkan segala impian yang menyerpih ah, bagaimana kau dapat bahagia?

Negeri Impian

ambilah saja sayap ini, agar kau dapat terbang, jangan khawatir aku bukan pinokio si hidung panjang, seperti yang sering dalam anganmu. ambilah pater, ambilah. kau tak rindu allice. tak rindu hook, yang membuatmu semakin bergairah. dan kau tahu aku pun merindukanmu. kau ingat, aku bidadari bersayap. ambilah pater. ambilah. kita akan bernyayi lagi. menari lagi. berlari lagi. dari jebak hook dan kait besinya. kau bosan pater? dengan segala dongeng ini. kau ingin seperti aladin, ali baba, sinbad. baiklah jika itu maumu. tapi mengapa kau tak memilih saja menjadi raja di sebuah negara ketiga. kau akan sangat kaya. negara adalah milikmu. milikmu! mau? ah, kau ini, bagaimana sih pater. tak ada lagi kanak dalam benakmu. tak ada lagi fantasi. keingintahuan yang lugu. ah kau. aku ingat. pada episode pertama. saat kau dilahirkan. kau menjerit keras sekali. kau protes rupanya. dunia tak membuatmu nyaman rupanya. tak seperti dalam bungkus itu. begitu nyaman dan hangat dalam rahim ibum

Langkah

ku sapa engkau, ku sapa dengan segala ingatan, sebentang jalan, di mana kita telah datang, ke mana kita akan pulang, menghitung usia berhamburan, mengukur langkah terseok, ah akankah sampai kita pada perhentian sesungguhnya

Air Mata Yang Meluncur Dari Tawa

dalam tawa itu, dan hembus asap rokok, peristiwa berguguran. seperti juga didongengkan matamu. di mana negeri-negeri jauh itu? kita bermimpi suatu ketika. bersayap dan menari di biru cakrawala. tapi mengapa butir demi butir airmatamu. meluncur ke bumi. dalam tawa, mengapa ada airmata?

Aku Takut

Aku Takut buat: ompie heri aku takut sajak-sajak membutakan kesadaran menyamarkan persoalan, seakan tak terjadi apa-apa o, aku pecinta yang kesepian menawarkan kata-kata, sebagai embun tapi api tetap berkobar, tapi kebencian tetap menyala! o allah, inikah negeri api?

Tak Perlu

tak perlu kau tuliskan namamu. ini tembok putih saja. tak terlalu putih sepertinya. karena mengelupas catnya dan menguning coklat hitam kena tempias hujan dan tempelan debu. tak perlu kau tulis namamu di situ. walau kau mungkin rindu diriku. atau kau ingin memaki. seperti ketika kau demikian kesal. Kepada penguasa bengal. tak perlu kau tulis namamu. tak perlu. tapi bolehlah. Kau tulis namaku. di situ. jika memang kau rindu diriku

Serahasia Danau

demikianlah, aku memandangmu, sebagai danau yang diam, begitu biru rahasia apa hendak kau simpan, dalam matamu tak isyaratkan apa, tapi kau tahu, air tenang menenggelamkan aku ke dalam tanya

Aku Bergelayut Di Tali

Aku bergelayut di tali, semoga tak goyah, melemah jemari Kukuh memegang cinta kasihmu, kekasih Aku bergelayut di tali, jangan sampai terpelanting Terbanting ke jurang-jurang nganga Aku bergelayut di tali, memanjat hingga sampai Di hadapmu, kekasih yang tak henti dicari, hingga capai Hingga gapai

Berulang Kueja Nama

Berulang kueja nama, berulang, dalam zikir rindu Tapi tak sampai pada hakikat alifbataku Berulang kueja nama, berulang, dalam dawam cinta Tapi tak hatam sampai pada makna Berulang kueja nama, berulang, hingga tumpas diri Mabuk kepayang, bayangmu, di puncak nyeri Rahasia wajahmu

Dongeng Burung

sayapku patah, katamu, seperti mengulang kata-kata itu, serupa gibran? tapi sepertinya aku bukan gibran dan kau bukan ziadeh yang saling merindu, hingga waktu memisahkan, dengan pedangnya yang tajam jika sayapmu patah, pastilah kau burung yang terbang tak henti, atau karena pemburu memanah hingga luka, atau rahwana membantingmu, saat penculikan itu, kau dengar jerit? perempuan di sebuah hutan aku dengar ribuan burung jutaan burung beterbangan, menuju langit hitam, mencari cahaya, suaranya mencericit, bikin ngilu, kaukah salah satu? sebagai huruf-huruf attar pernahkah kau sampai di perahu nuh, membawa daun, atau negeri balqis atas perintah sulaiman? membawa kabar itu sudah kau dengar suaranyakah, menyapamu, membakar dan melumatkanmu menjadi abu, dan abadi

Ada Apa Dengan Dunia Ini?

mungkin membuatmu gamang. tak memiliki pijakan. kau merasa dikutukserapahi eros, berjalan tersaruk, pintu menutup. kau merasa dikutuk, seperti sishipus menggelindingkan batu, tak henti. karena kau lelah, kau ingin menjadi penghuni gua, tidur panjang, serupa alkahfi? mungkin aku demikian konyol. mengajakmu kembali ke jalan tak berujung, sepi tak bertepi. membakarmu dengan api, membuatmu jadi arang atau abu. mengajakmu menari, seperti zarathustra, di tengah pasar, seperti orang gila, mengabarkan sesuatu yang mustahil, dan orang akan menuduh gila. karena bermimpi menjadi promotheus menyalakan api kesadaran... ada apa dengan dunia? "ada apa dengan diri kita!"

Cakram Matahari

Mengingat: Sutan Iwan Soekri Munaf aku berputar sebagai cakram berputar sebagai waktu berputar detik menit jam hari minggu bulan tahun windu abad jaman terbit di pagi tenggelam di senja rindu menggoda goda dalam kata frasa kalimat baris bait alinea wacana bab kisah kisah tua sebagai ephos pada tangan homeros diputar ingatan diputar kenangan sebagai gelisah menunggu di puncak rindu..

Tarian Zarathustra

seperti pijar, ingatan, kau menarikan derita manusia, di padang terbuka, musik letusan, begitu merdu, debu itu pakaianmu selalu, wajah bengis atau rintih pilu, pertaruhkan: inilah cinta itu sayangku, tikaman pada jantung, 35 butir peluru bersarang di tubuh, inilah darah, tarian purba, zarathustra, zarathustra.... mengapa disembunyikan wajahmu? dalam senyum, sedang hunus di tanganmu siap tikam menikam. lunaskan segera. lunaskan! seekor gagak berekor gagak, berjuta burung nazar berkaok-kaok, mengendus-ngendus, bau dari tanganmu. sayap hitam. paruh tajam. mencucuk-cucuk daging... ah, derita manusia...derita manusia...

Contoh Puisi Kerinduan

Gelombang Pasang rinduku menderu sebagai gelombang bergulung gulung ke pantaimu dengan gairah yang tak habis habis membandang bandang membanjir banjir membuncahruah tak henti henti mencium melumat karang dengan cinta cintaku detik harus berhenti saat ini juga aku rindu pantai aku rindu memeluk aku rindu pasir pasir aku rindu tubuhmu aku rindu!

Sajak Ulang Tahun

23:26:54 7/07/2002 Ada yang ingin menerbangkan pikirannya seperti ilalang yang ditiup angin. Pada usia yang berangkat dengan segala sia-sia dan putus asa. Ada engkau yang menjenguk dengan dada berdebar dari balik jendela. Menunggu jam berdenting. Tepat di titik nol. Dia datang dengan selimut kabut. Dan cucuran embun dari matanya demikian deras menyapamu. Malam itu..

Negeri Cinta

akulah negeri yang kau cari detik demi detik dalam kata kata meneulusup ke dalam relung dada menelusup lewat tatap matamu yang rindu bicara agar cinta tak habis agar gairah tak habis agar mimpi mimpi tak habis agar tak darah matahari menangis agar tak pedih dipanggang api abadi agar laksana mimpimu!