Skip to main content

Puisi Tentang Puisi

macet lagi. macet lagi. gara gara puisi. menari nari. di jalan jalan. di gang gang. puisi puisi menari nari. hingga esok hari. (7:03pm

puisi puisi sedang berpesta di jalan jalan memacetkan lalulintas. duh puisi mengapa aku tak boleh pergi (6:47pm June 2nd, 2010)

dah puisi. aku harus pergi. ke dalam mimpi. ke dalam diri. ke dalam sunyiku sendiri. dah puisi. besok kita jumpa lagi. jika aku rindu lagi. padamu puisi. (5:59pm June 2nd, 2010)

tanpa basa basi puisi masuk ke dalam otakku. dia berak seenaknya di benak hati. dasar puisi tak tahu diri! (5:53pm June 2nd, 2010)

eh puisi. tunggu. aku pipis dulu. di kamar mandi. (5:51pm June 2nd, 2010)

ayo puisi kita berkelahi lagi. seperti dulu. seperti dulu lagi. aku atau engkau yang menyerah nanti. (5:50pm June 2nd, 2010)

sekerling mata puisi. bikin hati terpikat mati. (5:48pm June 2nd, 2010)

telah aku tikam tepat di jantung puisi. tapi puisi tak pernah mau mati. bangkit berulangkali. menghantui aku lagi. duh gusti… (5:19pm June 2nd, 2010)

adakah yang lebih puisi dari nyeri merindu puisi. adakah yang lebih nyeri dari aku yang sendiri dimabuk puisi. (5:08pm June 2nd, 2010)

ah puisi menari. bersama gerimis. aku menari. kabarkan puisi tak pernah mati. walau kubunuh berulang kali. (4:01pm June 2nd, 2010)

gerimis itu seperti puisi yang menyapaku setiap hari. puisi tak henti henti menyapaku. seperti ini kali. melarut dalam segelas kopi. segelas mimpi. sore ini. ah, nyaman sekali. (3:55pm June 2nd, 2010)

pernah aku mabuk puisi. tapi kini tak lagi. karena puisi kuteguk sekali sekali jika ingin sekali. seperti kali ini. hai, apakah ini tanda aku mulai mabuk puisi lagi. (3:44pm June 2nd, 2010)

segelas puisi. kuaduk. pelan sekali. segelas puisi. kuhirup. perlahan sekali. segelas puisi tak habis habis kunikmati. sore ini. (3:38pm June 2nd, 2010)

minum kopi. menyendiri. di sudut sepi. enak sekali. seperti puisi. seperti puisi. iseng sendiri. (3:22pm June 2nd, 2010)

Comments

Popular posts from this blog

Aku Merindukanmu

aku merindukanmu, tapi jarak dan waktu mengurungku o mata, siapa simpan kesedihan di situ, dalam bening sedu sedan tertahan, dalam dada aku merindukanmu, kau harus percaya itu seperti kau tahu, yang merindu menunggu saat memburu tuju!

Contoh Puisi Post modern dan Post colonial

DONGENG HANTU DI KOTA SAJAK Buat: penyair w hantu telah meledakkan mimpi kota kota di malam malam panjang mengerikan sebagai teror yang dicipta dalam koran dan televisi dan film holywood di mana tak ada rambo atau james bond yang mampu mencegahnya karena kesumat telah menjadi seamuk mayat yang dibangkitkan dari kuburnya dengan dendam dan belatung dari borok luka yang penuh darah dan nanah gentayangan menghampiri sajak yang penuh kegelapan bahasa yang telah menjadi sulapan dari dunia kegelapan menghantuimu dengan mulut mulut nganga berbau busuk propaganda tak henti henti dari botol botol minuman impor berlabel franchise formula dan resep paha ayam bumbu tepung menyerbu lambung kanak kanakmu sebagai sampah yang dilesakan ke dalam lapar negara negara dunia ketiga yang mabuk bahasa iklan dan ekstasi yang menjungkirbalikan kepala hingga di bawah telapak kaki para monster yang telah menciptakan frankenstein dan domba dolly berkepala manusia di pesta pora membunuh angka angka data statistik

Puisi Terbaik di Indonesia

"Puisi Terbaik di Indonesia" , saya memberi judul tulisan ini. Mengapa tulisan ini harus diberi judul "Puisi Terbaik di Indonesia?" Saya tergelitik dengan hasil pencarian di google.com yang menunjukkan hasil yang membuat saya tertawa, karena ternyata banyak orang mencari puisi dengan keyword: "Puisi Terbaik"; "Puisi Bagus"; "Blog Puisi Bagus" ; "Kumpulan Puisi Terbaik" ; "Contoh Puisi bla...bla...bla..." dan seterusnya. Saya ingin iseng-iseng menulis dengan judul: " PUISI TERBAIK DI INDONESIA ," sebagai judul tulisan ini. Siapa tahu, anda pun akan tertawa bersama saya, setelah mengklik tulisan berjudul "Puisi terbaik di Indonesia" ini dari halaman satu google. Hidup Puisi Terbaik di Indonesia ! Hehehehe. Kena deh! Jika ingin baca puisi saya, sila ditengok juga: Puisi Universitas Brawijaya  Nanang Suryadi Lecture UB Web Nanang Suryadi