Memasuki lorong-lorongmu. Dingin menyergap. Dari jutaan tahun air mengukir batu-batu. Aku membaca sungai bawah tanah. Aku membaca udara entah darimana. Aku membaca dinding tanpa coretan tangan. Aku membaca tangga-tangga mendaki menurun. Waktu, mengendap di dasar. Lorong yang menyimpan jejakku, di negeri haiku.
aku merindukanmu, tapi jarak dan waktu mengurungku o mata, siapa simpan kesedihan di situ, dalam bening sedu sedan tertahan, dalam dada aku merindukanmu, kau harus percaya itu seperti kau tahu, yang merindu menunggu saat memburu tuju!
Comments
Post a Comment