sajak yang letih mendongakkan kepalanya ke langit. bulan sabit, langit hitam, bintang berkedip. seperti galau di dadanya
demi cinta yang tak kau pahami, tapi kau rasa, dalam gelincir airmata
ke dalam dada, mungkin kenang yang membuatmu gila. karena cinta demi cinta tersebab cinta huruf huruf menghunjamnya
ah, penyair yang merindu adakah diriku penyair yang mencinta adalah diriku menatah syair di lintas waktu
demi cinta yang tak kau pahami, tapi kau rasa, dalam gelincir airmata
ke dalam dada, mungkin kenang yang membuatmu gila. karena cinta demi cinta tersebab cinta huruf huruf menghunjamnya
ah, penyair yang merindu adakah diriku penyair yang mencinta adalah diriku menatah syair di lintas waktu
Comments
Post a Comment